JANGAN BERPALING DARI ALLAH
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
Berpaling
dari Allah Azza wa Jalla ketika ketentuan TakdirNya turun, berarti pertanda
matinya Agama, matinya Tauhid, matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan.
Sedangkan qalbu orang-orang mukmin tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai
tidak tahu. Bahkan mengatakan, “Ya” (atas tindakan menyimpang itu, pen).
Nafsu
itu, secara keseluruhan selalu kontra dan antagonis. Siapa yang ingin
membaharui jiwanya, hendaknya ia memerangi nafsunya sehingga aman dari
kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya adalah buruk dalam keburukan. Bilamana
anda telah memerangi, dan anda bisa tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih
kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda selaras dalam seluruh kepatruhan kepada
Allah dan meninggalkan seluruh kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:
“Wahai
jiwa yang tenteram kembalilah kepada Tuhanmu dengan jiwa yang ridlo dan
diridloi oleh Tuhan.”
Jiwa
meraih keteguhan, dank arena itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi
bergantung pada makhluk mana pun. Benarlah jika hal ini dikaitkan dengan
Nabiyullah Ibrahim as, dimana beliau telah keluar dari nafsunya dan abadi
dengan tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram, disaat itu berbagai ragam
makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka masing-masing untuk membantunya.
Lalu Ibrahim as, menegaskan, “Aku tidak ingin pertolongan kalian, karena
KemahatahuanNya atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku untuk permintaanku.”
Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu, dikatakan pada api,
“Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada Ibrahim.” Sebagai pertolongan
dari Allah ta’ala Azza wa-Jalla bagi mereka yang sabar di dunia tanpa terhingga
di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun tanpa terhitung pula. Allah
Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang sabar akan ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”
Segala
hal tidak akan pernah tersembunyi di Mata Allah, karena itulah hendaknya kalian
bersabar bersama Allah sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa
kelembutan dan kenikmatan bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar sesaat
itu sendiri.
Allah
bersama orang-orang yang sabar. Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka
bersabarlah bersama Allah. Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya.
Jangan sampai sampai anda baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada
saat setelah maut adalah tindakan sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemuiNya.
Sadarlah sebelum anda disadarkan oleh kejutan yang membuat anda menyesal,
diwaktu sebuah penyesalan tidak ada artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab
jika hatimu baik seluruh dirimu dan perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi
SAW bersabda, “Dalam diri manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan
baik seluruh tubuhnya, dan bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah,
(Tidak lain) adalah Qalbu.”
Memperbaiki
(mensalehkan) qalbu itu dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah Ta’ala,
mentauhidkanNya, dan ikhlas dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak
dilakukan justru akan merusak qalbu. Qalbu ibarat burung yang terbang dalam
sangkar, seperti mutiara dalam bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan.
Ibarat ini memakai metafor burung bukan dengan sangkar, dengan mutiara, bukan
dengan bejana, dengan harta, bukan dengan perbendaharaan.
Ya
Allah, sibukkanlah tubuhku dalam kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan
ma’rifatMu, dan sibukkanlah sepanjang hayatku dalam malam-malam dan siang.
Kumpulkanlah kami dengan orang-orang dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki
sebagaimana Engkau limpahi mereka, dan semoga Engkau terhadap kami, seperti
Engkau terhadap mereka. Amin.
Wahai
kaum sufi! Jadilah kalian hanya untuk Allah, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya.
Sehingga kalian meraih apa yang telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah
Ta’ala semata bagi kalian, maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran
bersamaNya, ridlo atas tindalakanNya, baik bagi diri kalian maupun orang lain.
Kaum Sufi senantiasa senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka
dari dunia dengan tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat.
Mereka beramal dengan amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada
Tuhannya. Mereka menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa
orang lain.
Anakku,
nasihatilah dirimu baru nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu
memperhatikan diri anda, dan jangan keburu memperbaiki orang lain, karena masih
banyak bongkahan jiwamu yang masih harus diperbaiki. Celaka, jika anda merasa
lebih tahu orang lain, sedangkan anda buta, bagaimana anda menuntun orang lain?
Orang yang menuntun orang lain pastilah orang yang melihat hatinya. Bahwa
sesungguhnya yang bisa membersihkan jiwa mereka adalah orang yang telah
menyelami lautan yang jernih dan terpuji. Orang yang bisa menunjukkan jalan
menuju Allah Ta’ala adalah orang yang ma’rifat kepada Allah. Sedangkan orang
yang bodoh terhadap Allah, bagaimana mereka bisa menunjukkan kepadaNya?
Tak ada
kalam bagi anda dalam melaksanakan perintah Allah, anda mencintaiNya dan
beramal kepadaNya, bukan untuk yang lainNya. Anda harus takut padaNya bukan
selainNya. Dan semua itu adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua
itu tersembunyi, tidak dalam publikasi.
Manakala
Tauhid adalah pintu rumah, dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq
yang sesungguhnya. Sungguh sial anda, ucapan anda penuh dengan retorikan
ketaqwaan, sednagkan hati anda penuh dengan kecurangan. Ucapan anda
berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda menentangNya. Allah Ta’ala
berfirman:
“Dan
mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan, demi keopatuhan pada agama.”
Tinggalkanlah
sekutu anda dengan makhluk, dan manunggalkanlah diri anda dengan Allah Ta’ala.
Karena Dialah Pencipta segalanya, semuanya. Dan di TanganNya-lah segala ini
berada. Wahai para petualang dunia yang memburu selain DiriNya, apakah anda
tidak berfikir, adakah sesuatu yang diluar gengaman perbendaharaan Allah
ta’ala? “Dan tak ada sesuatu pun kecuali bagi kami perbendaharaanNya.”
Wahai
muridku, jika anda ingin selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda
bersandar pada kesabaran, mengikat pada keselarasan aturan Ilahi, ibadah
sembari menunggu jalan keluar. Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari
Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal dan anugerahNya, lebih dari kebajikan yang
anda buru dan anda harapkan.
Wahai
kaum Sufi. Selaraskanlah diri kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah
dari Abdul Qadir yang terus berjuang dalam berselaras dengan Qadar.
Keselarasanku dengan ketentuan Takdir telah melangkahkan diriku kepada Sang
Kuasa.
Muridku,
kemarilah. Tunduklah kepada Allah Ta’ala, terhadap takdir dan tindakanNya, dan
seluruh tubuh kita harus berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti
jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang
Raja, dan kita memuliakannya karena siapa yang mengutusnya. Jika kita bebruat
demikian, kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).
Anda
dipersilakan meminum dari lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya,
bergembira bersama dengan kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih
sayangnya. Mereka (para wali itu) adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai
golongan dan kelompok.
Wahai
para murid, hendaknya engkau bertaqwa, berpijak pada aturan syariah, kontra
terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu, syetan dan pecundang-pecundang keburukan.
Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak
menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka
tidur karena lelap (bukan menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya
ucapan mereka. Bahwa mereka berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat
demikian, dan kata-kata mereka menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita
berkata esok di hari kiamat, bicara kepada Allah, seakan-akan mereka berkata
seperti benda-benda padat ini semua berkata. Manakala Allah menghendaki mereka,
Allah menyiapkan mereka untuk tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar
gembira dengan hujah-hujah yang meyakinkan. Maka demikianlah Allah menggerakkan
lisan para Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah Ta’ala mewafatkan, maka para
pewarisnya dari para Ulama yang mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu
demi kebajikan makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.
“Para
Ulama adalah pewaris para Nabi”.
Wahai
kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmatNya,
lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah Ta’ala. “Apa yang datang padamu
dari nikmat itu sungguh dari Allah.”
Manakah
syukur anda itu, wahai orang-orang yang berselingkuh dari nikmatNya? Wahai
orang yang memandang nikmatNya tetapi menganggap datang dari selain DiriNya?
Terkadang kalian melihat nikmat itu dari Allah, terkadang bukan dari Allah, dan
anda menunggu sesuatu yang bukan dari Allah? Terkadang pula anda meminta
pertolongan lewat nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?
Wahai
muridku, anda sangat membutuhkn kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa
mencerabutnya dari kemaksiatan anda dan dosa-dosa anda. Anda membutuhkan
muroqobah yang mengingatkan anda akan Pandangan Allah Ta’ala kepada anda. Anda
sangat membutuhkan semua itu dalam khalwat-khalwat anda, lalu kebutuhan untuk
memerangi hawa nafsu anda dan syetan-syetan. Karena runtuhnya kebesaran manusia
oleh kesalahannya. Runtuhnya ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya.
Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinatif dalam
khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam kejapan-kejapan hati (pada
selainNya).
Mereka
disibukkan memelihara hati mereka, karena mereka tidur di pintu Allah. Mereka
tegak berdiri di panggung dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah
Ta’ala. Mereka terus menerus memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai
masyarakat qalbu, wahai para ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh
jalan Ilahi, kemarilah-kemarilah….menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya
dengan telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan
ma’rifat dan wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud
dari segala hal selain Allah. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata
kebajiakn makhluk, hasratnya membubung langit dan bumi, dari Arasy sampai
bintang Tata surya.
Wahai
muridku, tinggalkan nafsumu dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang
diinjak oleh para Sufi, menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka. Allah
berfirman, “Allah mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan
kematian dari kehidupan.” Allah mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orangtuanya
yang mati dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati.
Orang bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah berfirman
dalam hadits Qudsi, “Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”. Karena
Iblis yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu.
Inilah
akhir zaman. Pasar kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran,
karena itu janganlah anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan
Dajjalin. Sungguh celaka anda jika jiwa anda diselubungi kemunafikan,
kedustaan, kekafiran, kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding
dengan itu semua?
Karena
itu jauhilah dan jangan berselaras dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan
semua kebusukan itu, sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan
perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu, hendaklah kalian setir, jangan sampai
engkau lepas. Sedikit engkau lepas engkau akan dikendalikannya.
Anda
juga jangan memanjakan seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil
yang belum memiliki kepandaian. Bagaimana anda belajar pada anak kecil yang
kurang ilmu dan anda menerimanya?
Sementara
syetan adalah musuhmu dan musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa
tenteram dengan syetan, anda menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan
syetan ada dendam mendarah daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda
tidak bisa main dengan syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika
anda tenteram bersama syetan anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh
keduanya. Karena itu jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla,
Muraqabah, Khalwat, Shidq, mohon pertolongan Allah, semua sebagai bala
tentaramu. Itulah senjata, dan itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya,
menyerangnya, memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak
mengusirnya, sedangkan Allah bersama anda?
Jadikan
kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu
dengan ketelanjangan hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda
terima di ruang hatimu apa pun selain Allah, jangan pula kamu mengikat hatimu
dengan kemakhlukan. Putuskan semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika
anda sudah bisa mandiri di sana, maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu,
akhirat untuk hatimu, Allah untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).
Wahai
sahabat. Jangan sampai anda bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya,
jangan bersama dunia, juga jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua,
melainkan hanya bersama Allah Azza wa Jalla. Anda jika demikian, benar-benar
sampai pada Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama,
hidayah datang dari Allah, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.
Taubatlah
anda dari dosa anda, bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah
dengan lahir dan batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.
Lepaskan
baju-baju maksiatmu dengan taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah secara
hakiki. Bukan dengan kesemuan dan kepura-puraan.
Itulah
amaliyah qalbu setelah penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya
amaliyah, batiniyah juga punya amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari dari
aturan sebab akibat (duniawi) dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu
akan mengarungi lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah, dam lautan
IlmuNya bersamaNya. Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju
Sang Pencipta sebab akibat. “Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah
padaku.”
Allah
menunjukkan dari satu benua ke benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain,
sampai berhenti di benua kemandirian yang istiqomah.
Manakala
disebut Tuhannya, langsung memancarlah ekspressinya, dan terbukalah
tirai-tirai, karena qalbu penempuh hanya menuju kepada Allah Ta’ala, menembus
jarak dan meninggalkan semuanya di belakangnya.
Apabila
dalam perjalannan ada ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba
muncul imannya, lalu membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan
kekawatiran. Lalu bergantu dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan
kesenangan melalui taqarrubnya.
Wahai
muridku. Jikalau telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran,
tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah
dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa demikian, anda hidup dalam kehidupan
masa depan. Ketakutan itu datangnya dari api yang memotong nurani kaum beriman,
membuat raut muka menguning, membuat hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian
dari kaum beriman, Allah menumpahkan air Kasih sayangNya dan kelembutanNya,
lalu Allah membukakan pintu akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.
Manakala
mereka tenteram dan tenang, serta riang jiwanya sejenak, Allah membukakan pintu
keagunganNya. Kemudian Allah menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran
itu, yang membuat mereka sangat ketakutan dibanding yang pertama, tiba-tiba
Allah membukakan pintu KemahaindahanNya, lantas mereka tenang, tenteram dan
bangkit mendaki derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.
Wahai
sahabatku. Jangan sampai cita rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum,
pakaian dan perkawinan, kesenangan dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu
hanayalah citarasa nafsu dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu?
Citarasanya adalah menuju Allah Tala.
Citarasamu
adalah citarasa yang lebih penting dari sekadarnya, yaitu Allah, Tuhanmu dan
apa yang ada di sisiNya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang
sesungguhnya adalah kahirat. Makhluk semua adalah kesemuan, yang hakiki adalah
Khaliq. Ketika anda meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih
gantinya, kenikmatan akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah
persiapan besar menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya
Malaikat maut.
Dunia
adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan
Allah, maka segeralah beralih, menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh
dunia dan tidak lagi butuh akhirat.
Wahai
para pendusta! Anda mencintai Allah ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika
mendapatkan bencana, anda telah lari dari Allah, seakan-akan anda putus cinta
dengan allah. Seorang hamba diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh
bersama Allah dalam musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah. Jika
anda berubah, sungguh anda ini dusta.
Seorang
laki-laki datang kepada rasulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah,
sungguh aku mencintaimu.” Rasulullah saw, menjawab, “Siapkan dirimu dengan
kefakiran sebagai pakaianmu.”
Laki-laki
lain datang kepada Nabi SAW, “Aku mencintai Allah Azza wa-Jalla.” Nabi saw,
menjawab, “Ambillah bencana sebagai pakaian.”
Mencintai
Allah dan mencintai Rasulullah saw, senantiasa disertai dengan kefakiran kepada
Allah dan ujian. Karena itu sebagian orang saleh berkata, “Setiap bencana
disertai pertanda agar tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian,
semua orang bisa mengklaim mencintai Allah Ta’ala. Lalu bencana dan kefakiran
sebagai pengokoh atas cinta ini.”
FAQIR
Beliau
mengatakan:
Kontramu
dengan Allah swt, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari Allah.
Kembalilah dirimu dari sikap kontramu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan
dinistakan oleh ular-ular bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa
cobaan, apalagi jika engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan
apa karena apa yang ada di tangan anda pasti sirna. Allah Ta’ala berfirman:
“Sehingga
ketika mereka bergembira atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami
mengambil mereka seketika…” (Al-Qur’an)
Meraih
anugerah keuntungan dari Allah Ta’ala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena
itu Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh
kepada Allah) dan kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban
orang beriman.
Sedangkan
para pecinta yang senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar,
terlimpahi ilham untuk berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya,
senantiasa bersabar atas sesuatu yang yang baru terjadi dari Allah Ta’ala.
Kalau
bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku
telah membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam
berikutnya, yang membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika
di siang hari dengan mata yang terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh
jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan demi kemaslahatan anda semua,
sementara anda semua tidak mengerti.
Kalau
bukan demi berselaras dengan Allah ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau
bergaul dengan penduduk negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya’,
kemunafikan dan kezaliman, bercampurbaurnya syubhat dan keharaman? Betapa
banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa
untuk menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di
rumahnya sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas
kursinya. Kalau bukan karena sebuah aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal
yang ada di rumah-rumah kalian. Namun bagiku ada fondasi yang harus kubangun.
Aku punya anak-anak yang butuh pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa
yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab berpisahnya diriku dengan diri
kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak yang menghancurkan.
Karena
itu tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu-pintu
antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepadaNya atas
keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa
membahayakan, memberikan manfaat, yang memberikan anugerah, tidak ada yang bisa
mencegah, kecuali Allah Ta’ala semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu
akan sirna, lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu.
Wahai
anak-anakku…. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun
makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula
yang dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi
kesederhanaan itu dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia
batinnya, lalu dalam hatinya, kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya.
Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah
tangan-tangan lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah
drastis dalam tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju
kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam
dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh
menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.
Wahai
anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi
pribadi. Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan
dengan tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Ta’ala. Anda akan
selamat dari keburukannya. Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli
kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu
asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah,
sementara anda benar-benar kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di
sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka,
jika amanah kalian sia-siakan.
Jagalah
mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya, karena
siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat
afiatmu, foya-foya dan sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan
langit dan bumi. Jagalah nikmatNya dengan syukur. Terimalah perintah dan
laranganNya dengan patuh dan taat. Terimalah kesukaran dariNya dengan
kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas kemudahanNya.
Karena
demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan
orang-orang yang saleh, yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas
cobaan. Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya,
dan ketika datang kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran
bertobatlah dari dosa-dosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena
Allah tak pernah menzalimi
Maka
dari itu ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung
dan Luhur, hisab dan pengawasanNya padamu.Bangunlah, sampai kapan kamu semua
tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk
dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-kebiasaan.
Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan
hukumNya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa
tidak mendidik dirimu dengan adab Qur’an dan sunnah?
Anak-anak
muridku…..Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan
disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu
dan keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah,
dan jika ada yang menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada
dalam alpa total, alpa dari Allah Azza wa Jall. Makanya, anda harus bangkit,
disiplin dengan masjid, memperbanyhak sholawat kepada Nabi SAW.
Nabi
saw, bersabda:
“Seandainya
neraka turun dari langit, tak ada yang selamat kecuali ahli masjid.”
Jika
kalian semua menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala,
dan karena itu Rasulullah saw, bersabda, “Yang paling dekat bagi hamba pada
Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.”
Duh..
celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan?
Orang yang mencari-cari takwil demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal
jika kita merengkuh ‘azimah (pr insip), dan kita bergantung pada Ijma’,
sementara amal kita ikhlas, maka kita pun akan bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu
bagaimana bisa terjadi jika anda malah merekayasa azimah, mencari jalan
kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah sirna?
Inilah
zaman rukhsoh, bukan zaman ‘azimah. Inilah zaman riya’ dan kemunafikan, dimana
harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa,
zakat, haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas
yang memenuhi alam semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan
demi Khaliq. Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu
untuk dunia.
Padahal
hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah
Azza wa Jalla.
Hidupnya
hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla.
Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujianNya.
Wahai
anak muridku…Serahkan dirimu kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah
bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan
dawamkan setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah
dalam masalah hatimu.
Jika
engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan
bertobatlah. Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu.
Karena itu dikatakan, tafakkur sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang
malam.
Wahai
ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yang telah menerima amalmu
yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua
adalah yang terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian
benar, maka tak ada yang lebih benar menandingi kalian. Kalian semua adalah
para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika
sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi
benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa
yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui riya’ dan kemunafikan
anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia,
sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang dibenarkan.
Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di sisiMu.
JANGAN BERHAYAL KAYA
Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani
Beliau
mengatakan:
Wahai
para fakir, janganlah kalian mengkhayal kaya, siapa tahu kekayaanmu bisa
menyebabkan kehancuranmu. Wahai orang yang sakit janganlah mengkhayal akan
kesembuhan, siapa tahu kesembuhanmu justru menjadi penyebab kerusakanmu.
Jadilah kalian orang yang cerdas. Jagalah buahmu agar terpuji perkaramu.
Terimalah kadar yang diberikan Allah dan janganlah berharap lebih. Sebab segala
yang yang diberikan Allah Azza wa-jalla melalui permintaanmu bisa menjadi
kotoran dan amarah. Kecuali jika sang hamba diperintahkan melalui hatinya agar
meminta kepadaNya. Manakala hamba diperintahkan memohon ia akan mendapatkan
berkah dan kotorannya dibuang.
Celaka
anda, jika anda mengucapkan sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak.
Anda nyatakan diri sebagai muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam
khalwat anda menyatakan Muslim, toh kenyataan khalwat anda tidak.
Hendaknya
permohonan anda lebih pada permohonan agar diberi ampunan, kesehatan, dan
kemaafan Allah selamanya, baik dalam beragama, di dunia maupun di akhirat. Terimalah
ini saja, anda sudah cukup.
Janganlah
anda menginginkan di luar pilihan Allah swt, juga jangan anda terkena oleh
keterpaksaan karena bisa membinasakan anda. Jangan pula memaksa Allah Ta’ala
dan makhlukNya melalui sebab akibat dirimu, dengan kekuatanmu dan hartamu,
karena itu bisa memukul balik diri anda. Sebab semua itu bisa diambil oleh
Allah, dan jika Dia mengambilnya akan terasa menyakitkan diri anda.
Celaka
anda, jika anda mengucapkan sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak.
Anda nyatakan diri sebagai muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam
khalwat anda menyatakan Muslim, toh kenyataan khalwat anda tidak.
Ketahuilah,
ketika anda sholat, puasa, dan melakukan semua perbuatan anda yang baik,
manakala tidak mengembalikan semua itu kepada Wajah Allah Ta’ala, sesungguhnya
anda telah munafik dan jauh dari Allah Azza wa Jalla.
Sekarang
ini, bertobatlah kepada Allah Azza wa-Jalla dari seluruh perbuatan dan ucapan
anda dan tujuan-tujuan anda yang hina.
Kaum
Sufi, sama sekali tidak menciptakan amalnya. Mereka adalah kaum yang bahagia,
senantiasa yakin kepada Allah, menyatu, mukhlis dan bersabar atas cobaan-cobaan
Allah Ta’ala. Senantiasa bersykur atas nikmat-nikmatNya
dan
kemurahanNya. Mereka berdzikir dengan lisannya, kemudian dengan qalbunya, lalu
dengan Sirrnya. Manakala datang berbagai hidangan dari makhluk, mereka hanya
tersenyum wajahnya. Karena raja-raja dunia sudah termakzulkan di mata mereka.
Semua orang di muka bumi adalah mayat-mayat, orang-orang lumpuh dan orang-orang
sakit. Para fakir syurga senantiasa bersandar padanya, seakan-akan mereka
adalah pelindung. Neraka bersandar kepada mereka, lalu neraka termatikan
apinya. Tidak bumi, tidak langit, langit dan bumi bukan tempatnya. Arah
penjurunya hanya satu arah. Mereka dengan penghuni dunia, lalu mereka dengan
penghuni akhirat, lalu mereka bersama dengan Tuhannya dunia dan akhirat.
Mereka
bertemu Allah dan mencintaiNya. Mereka berjalan bersama Allah dengan jiwanya
hingga wushul kepadaNya, sampai mereka meraih kasih sayangnya sebelum mereka
bergegas jalan kepadaNya. Terbukalah pintu antara diri mereka dengan Allah.
Allah mengingat mereka sepanjang mereka mengingatNya. Hingga dzikir mereka
menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Mereka telah sirna dari yang lain, dan
maujud bersama Allah Ta’ala. Dengarkan Allah Ta’ala berfirman:
“Ingatlah
kepadaKu, Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan ingkar
padaKu.”
Lazimkan
berdzikir kepadaNya dengan harapan hanya mengingatNya, karena Allah berfirman:
“Aku
bermajlis dengan orang yang berdzikir kepadaKu.”
Hindarilah
bermajlis dengan makhluk (walau pun anda di sana, red.), dan bersimpuhlah untuk
dzikir kepadaNya, agar engkau bermajlis dengan Allah.
Wahai
kaum Sufi, janganlah kalian sok gila, dan kalian menjadi gila. Ilmu ini tidak
akan memberi manfaat kepadamu tanpa kamu mengamalkannya. Mereka sangat
membutuhkan agar bisa mengamalkannya, dengan ketegasan yang hitam di atas yang
putih, yaitu aturan Allah (lahir dan batin) yang anda mengamalkannya hari demi
hari, tahun demi tahun sampai akhirnya berbuah.
Anak-anaku…
Ilmumu memanggil-manggilmu… ”Akulah yang akan berargumen padamu manakala tidak
engkau amalkan. Dan aku akan menjadi argumenmu jika engkau mengamalkanku…”
Rasulullah
saw, bersabda, “Ilmu membisikkan pada amal, manakala ia menjawab. Jika tidak
menjawab, ia akan segera pergi…”
Hilanglah
barokah ilmu dan tinggal bencananya. Pergilah syafaat ilmu bagimu dari
Tuhannya. Bahkan masuknya ilmu terputus dalam kebutuhanmu. Ia pergi, karena
tinggal kulitnya ilmu saja. Sebab isi ilmu adalah amal.
Anda
semua mengikuti Rasul saw, menjadi tidak sah, manakala anda tidak mengamalkan
apa yang telah disabdakannya. Jika anda mengamalkan atas apa yang diperintahkan
kepada anda, maka hati dan rahasia batin anda menghadap kepada Tuhannya. Ilmumu
mengundangmu, tapi anda tidak mendengarkannya, karena kamu sudah tak punya hati
lagi. Karena itu dengarkanlah panggilannya dengan telinga hati dan sirrmu.
Terimalah ucapannya dan dengarkanlah engkau akan dapat manfaatnya. Ilmu dengan
amal akan mendekatkan dirimu pada Yang Maha Ilmu yang menurunkan ilmuNya.
Jika
engkau mengamalkan aturan ini, yang merupakan Ilmu awal, akan mengikuti pula
Kenyataan Ilmu yang kedua, yang membuat terpancarnya dua sumber yang mengaliri
hatimu berupa aturan dan ilmu lahir dan batin. Disinilah kalian harus
membersihkan semua itu, dengan Zakat kepada sesama. Zakatnya ilmu adalah
menyebarkan dan dakwah menuju kepada Allah Ta’ala.
Anak-anakku,
shabar itu ada balasannya. Alloh berfirman:
“Sesunggunya
orang-orang yang bersabar diberi balasan pahala tanpa terhingga.”
Karena
itu makanlah dari hasil jerih payahmu, jangan makan dari hutangmu. Bekerjalah
dan makanlah dari kerja itu, karena kerja orang beriman itu adalah tahapan bagi
kaum shiddiqin, dan tak ada bagian dari kerja mereka kecuali diperuntukkan
menolong kaum masakin dan fuqoro yang mengharapkannya. Itu berarti kalian
menyampaikan rahmat kepada sesama, demi meraih Ridlo Allah Ta’ala dan cintaNya
kepada mereka. Dengarkan apa yang diucapkan oleh Nabi SAW:
“Manusia
itu adalah keluarga Allah Azza Wa-Jalla, dan manusia yang paling dicintai Allah
adalah yang paling berguna bagi keluarganya.”
Para
Wali-wali Allah itu senantiasa tidak memiliki kecenderungan hatinya kepada
makhluk. Mereka seperti pekak, tuli dan buta. Manakala hatinya dekat dengan
Allah Azza wa-Jalla mereka tidak mendengar siapa pun kecuali mendengar Allah,
tidak melihat hatinya, kecuali melihat Allah. Ia berada dalam nuansa kedekatan
dan terhapuskan oleh Kharisma Ilahi, dan terlimpahi cinta yang dahsyat kepada
Sang Kekasih. Mereka berada diantara Jalal dan Jamal-Nya, tidak menengok ke
kanan maupun ke kiri. Mereka hanya melihat ke depan, tanpa ke belakang.
Manusia, Jin, Malaikat ingin membantunya, dan begitu juga semua makhluk,
membantu dengan aturan dan ilmu. Mereka para Kekasih Allah itu mengkonsumsi
Fadlalnya Allah dan meminum KemesraanNya. Dari konsumsi Fadlal itu mereka
makan, dan dari minuman Kemesraan itu mereka menegaknya. Mereka mendengarkan
ucapan-ucapan makhluk. Mereka di satu lembah dan makhluk itu di lembah lain.
Mereka menyerukan makhluk itu atas perintah Allah Azza wa-Jalla, dan mencegah
kemungkaran atas larangan Allah Ta’ala, sebagai ganti dari Nabi SAW. Merekalah
pewaris yang hakiki. Karena mereka disibukkan mengembalikan makhuk ke Pintu
Allah. Mereka berada dalam HujjahNya.
Mereka
menempatkan segalanya pada porsi masing-masing dengan memberikan limpahan
fadlal dari Allah. Mereka tidak mengambil hak-hak makhluk itu, bahkan juga
tidak untuk menuruti kebutuhan dirinya dan alamiyah nya. Mereka hanya mencintai
demi Allah, dan marah pun demi Allah. Semuanya hanya untuk Allah, bukan untuk
lainNya.
Siapa
pun yang bisa memenuhi ini, maka ia benar-benar telah sempurna pergaulannya,
dan ia berhasil selamat dan bahagia. Lalu semua makhluk mencintai mereka, baik
manusia, bumi langit, Jin dan Malaikat.
(Wahai
para penempuh yang menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku,
sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada
akhirat)
Wahai
orang munafik! Wahai pemberhala sesama makhluk! Wahai orang yang menyembah
dunia, yang senantiasa lupa dengan Allah Ta’ala. Anda ingin mengandalkan apa
yang ada di tangan anda? Sungguh anda tidak akan dapat kemuliaan dan kehebatan.
Serahkanlah
dirimu dan bertaubatlah. Belajar dan amalkanlah ilmumu dengan ikhlas. Jika
tidak, anda tidak akan dapat hidayah.
Sungguh
antara aku dan kalian tidak ada permusuhan, hanya aku ingin menyampaikan yang
benar, saya tidak ingin membelokkan anda dari agama Allah Ta’ala. Karena anda
terdidik dari ucapan keras para masyayikh, ucapan asing dan aneh para Sufi.
Jika ada ucapanku yang muncul, ambillah itu dari Allah Azza wa-Jalla, karena
Allah-lah yang hakikatnya mengucapkanNya untukku. Jika kalian masuk kepadaku,
masuklah dengan telanjang dari hawa nafsu anda. Sebab jika anda punya matahati
sesungguhnya aku pun tampak telanjang. Tetapi karena bencana penyakit kefahaman
menimpa anda.
Wahai
para penempuh yang menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku,
sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada
akhirat. Namun siapa yang bertobat di hadapanku, menjadi muridku dan husnudzon
padaku, mengamalkan apa yang aku ucapkan ini, Insya Allah Azza wa Jalla akan
mendidik kalian.
Para
Nabi itu dididik oleh Allah Azza wa-Jalla dengan KalamNya, sedangkan para
Auliya dididik dengan IlhamNya dalam Qalbu. Karena mereka adalah para pewaris
wasiat Nabi dan khalifah-khalifah serta generasinya. Allah berkata, dan berkata
kepada Musa As, Allah yang bicara kepada Musa, bukan makhluk yang bicara. Yang
bicara adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Allah bicara dengan
KalamNya yang difahami Musa As, hingga difahami akalnya tanpa perantara. Allah
berbicara kepada Nabi kita Muhammad saw, tanpa perantara. Inilah Al-Qur’an,
penghubung Allah al-Matin. Al-Qur’an berada diantara diri kalian dan Tuhan
kalian, Maha Agung dan Maha luhur Dia. Jibril menurunkannya dari langit, dari
Sisi Allah Azza wa Jalla, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
sebagaimana Nabi katakan dan kisahkan. Tidak boleh mengingkari itu atau
menentangnya. Ya Allah berilah petunjuk semuanya, dan taubatkanlah semuanya,
rahmatilah semuanya.
Riwayat
dari Amirul Mukminin al-Mu’tashim Billah, ra, ia mengatakan ketika menjelang
wafatnya. “Demi Allah aku bertobat kepada Allah Azza wajalla, karena tindakanku
pada Ahmad bin Hambal, hanya karena aku tidak ingin taklid sedikit pun pada
perkaranya, sedangkan orang lain bertakdlid untuk itu.”
Wahai
orang-orang yang sangat kasihan(Miskin). Tinggalkanlah bicara hal-hal yang
tidak berguna bagi anda. Tinggalkan Ta’ashub (fanatik) mazhab. Sibukkanlah
dirimu dengan hal-hal yang berguna bagi dunia dan akhiratmu. Anda akan melihat
kabarmu dalam waktu dekat. Anda pun akan ingat akan ucapanku. Anda akan
melihatnya ketika berada di depan penikam, sedangkan di kepalamu tak ada
pelindung. Sungguh luka akan menyertaimu.
NASIHAT SEORANG MU’MIN KEPADA SAUDARANYA
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Qalbu
orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus
menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat,
melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian
bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu,
disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan
rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana.
Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra.
Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu
tentang dirimu. Karena itu Rasulullah SAW bersabda:
“Orang
mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin
yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa
yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak
keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk
menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya
menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku
telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku
tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat,
bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku
tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan
Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur
celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih
kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan
kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?
Anak-anak
muridku….
Hasratku
adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi
diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku
senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai
para kaum Sufi
Tinggalkan
takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk.
Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu.
Awalmu
hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu
kamu semua jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa
nafsu yang mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari
sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal
bagian yang diberikan itu begitu hinadina.
Kanjeng
Nabi SAW, bersabda:
“Siksa
paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba
untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.”
Betapa
celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah
kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian,
hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan)
syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi
hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak
nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah
mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan
ubudiyah anda.
Diantara
para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan
hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda
hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan
rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat
tidak dengan penglihatan hakiki.
Allah
Azza wa-Jalla berfirman:
“Sesungguhnya
bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”
Si
tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu,
menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya.
Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda
hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa
makan dari mereka.
Namun
sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda
kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan
hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh
dari seluruh makhluk.
Disinilah
hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan
popularitasmu.
Lalu
anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak
menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi
hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam
lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini,
segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya,
bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai
para kaum….
Jika
anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab
akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih
kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling
tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.
Nabi
kita SAW bersabda:
“Kosongkan
dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak
muridku…
Jika
kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak,
maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan
hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu,
karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada
KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu
disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya,
mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar
dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat
padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda
menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau
bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.
Anak
muridku….
Kefahaman
teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa
melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah
perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya
adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’y dalam gerak fisik badan
kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para
hambaNya.
Siapa
yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan
ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut
amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang
harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa
anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya,
karena bangunan akan roboh.
Fondasi
amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan
Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid
dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan
dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik
dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat
amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya
Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan
berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami
dari azab neraka.
SABAR
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Ya
Allah limpahilah rahmat bagi Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
“Berikanlah
kami kesabaran dan berikanlah keteguhan langkah kami.” Limpahilah anugerahMu
yang banyak, limpahilah rizki syukur atas anugerahMu…”
Wahai
para kaum….
Bersabarlah
kalian semua, sesungguhnya seluruh isi dunia ini hakikatnya adalah bencana dan
musibah. Sedikit sekali yang bukan musibah. Setiap rasa nikmat melainkan
diiringi oleh derita. Dan setiap kesenangan, melainkan ada kesedihan. Tak ada
keleluasaan yang muncul melainkan disana ada kesempitan. Berikanlah dunia dan
kehidupanmu, raihlah bagianmu dari dunia dengan aturan syar’y. Karena aturan
Ilahi itu merupakan terapi bagi penyakit dari duniamu.
Anak
muridku….
Berjalanlan
di alur syariat jika anda menghendaki. Dan raihlan melalui tangan “Amr Ilahi”
manakala anda tergolong kaum sufi. Dan melalui tangan Kinerja Allah Ta’ala anda
meraihnya, manakala anda tergolong orang yang patuh, orang yang sudah sampai
kepadaNya. Dengan langkah kepadamu, dan Perintah yang memerintahmu serta
mencegahmu, sedangkan KinerjaNya menggerakkan apa yang ada dalam dirimu.
Manusia
itu terbagi tiga kelompok. Kelompok awam, kelompok khowash dan kelompok
khowashul khowash (sangat khusus).
Manusia
awam adalah muslim yang taqwa, yang memegang teguh aturan syariah dalam
ibadahnya, dan mereka ini masuk dalam kategori firman Allah swt:
“Apa
yang datang dari Rasul ambillah, dan apa yang dilarang bagimu, hindarilah.”
Jika
hal ini bisa sempurna lahir maupun batin, hati hamba akan cemerlang, lalu
hatinya merasa cukup karena berpegang pada syara’, lalu ia meraih Ilham dari
Allah Ta’ala, karena IlhamNya ada dalam segalanya,
sebagaimana
firmanNya:
“Maka
Allah mengilhaminya, baik sikap menyimpangnya dan ketaqwaannya.”
Hamba
ini begitu bertaqwa hatinya dan terus memandang Ilham Ilahi. Tandanya ia meraih
dzahirnya perintah, bahwa dalam kehidupan ini ada yang merajai dimana kekuasaan
ada di TanganNya.
Lalu
cahaya hatinya memancar karena itu, setelah menjalankan ibadah syariatnya
dengan kekuatan imannya dan tauhidnya, setelah hatinya keluar dari dunia dan
jagad makhluk ini dengan segala keruwetan dan busa-busanya. Lalu datanglah
subuh hari, datanglah cahaya iman, cahaya taqarrub dari Tuhannya Azza wa-Jalla.
Cahaya amal dan cahaya kesabaran, cahaya kasih dan ketentraman. Semua ini buah
dari ibadah menurut aturan syariah, dan berkah dibalik semua itu.
Sedangkan
para Abdal (Wali Abdal) adalah kaum Khowashul khowash justru yang memberikan
fatwa syara’, lantas mereka ini memandang perintah Ilahi, Kinerja, Gerak dan
IlhamNya. Selain itu semua berarti kehancuran dalam kehancuran, sakit dalam
kesakitan, haram dalam keharaman. Kepusingan dalam pokok agama, rumit dalam
hati dan runyam dalam jasadnya.
Wahai
kaum Sufi.
Apa
yang diberlakukan oleh Allah Ta’ala bagi dirimu, sesungguhnya agar kamu
memandang bagaimana kamu memberlakukannya? Apakah kamu bisa kokoh atau
sebaliknya malah lari? Apakah kamu jujur atau mendustai? Sebab siapa yang tidak
selaras dengan kepastianNya, tidak meraih kasih sayang dan tidak meraih
keselarasan. Siapa yang tidak rela pada ketentuanNya, maka tidak akan meraih
ridloNya. Siapa yang tidak memberi tidak diberi.
Wahai
si bodoh, kamu ingin berubah dan berganti sesuai dengan seleramu. Kamu jadi
tuhan kedua dengan menginginkan agar Allah Azza wa-Jalla berselaras dengan
dirimu. Kamu harus membalik pandanganmu, agar kamu benar. Kalau bukan karena
takdir-takdir itu, kamu tidak akan tahu mana klaim-klaim kebohongan, dan ketika
tertarik, maka jelaslah disana, mutiara-mutiara. Ingkarilah nafsumu yang
senantiasa kontra kepada Allah Azza wa-Jalla. Kalau kamu bisa kontra pada
nafsumu, kamu pasti bisa kontra pada selain dirimu. Atas kekuatan imanmu, kamu
bisa menghapuskan seluruh kemungkaran jiwamu. Tapi karena kelemahan imanmu
pula, kamu hanya duduk di rumah dan enggan menghilangkan kemungkaran hatimu.
Langkah-langkah
iman itu adalah kekuatan yang bisa jadi bekal untuk mengapai syetan-syetan
manusia dan jin, yang bisa membuat kokoh ketika kamu menghilangkan cobaan dan
bencana. Pijakan-pijakan iman yang ada, jika tidak memiliki langkah kuat,
jangan disebut iman. Singkirkan semuanya, dan Cintailah Khalik secara total.
Bila Dia menghendaki, Allah akan memberikan limpahan cintaNya padamu hal-hal
yang kau benci, tetapi engkau tetap terjaga di sana. Karena Dialah Yang Membuat
Cinta, bukan dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW.:
“Ada
tiga hal dari duniamu yang membuat aku mencinta: Wewangian, wanita, dan kesejukan
jiwa dijadikan padaku dalam sholat.”
Beliau
dilimpahi cinta itu setelah menyingkir, meninggalkan, zuhud dan berpaling.
Karena itu kosongkan hatimu dari selain, sehingga jika muncul kecintaan semata
karena kehendakNya.
JANGAN HANYA HANYA LAHIRNYA YANG DI PERBAIKI
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata: Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor,
berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi agama,
dan tidak mengenal wara (memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat)
terhadap makanan yang jelas haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas
tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap
zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi
batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi
acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr).
Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga
punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia
bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju
keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju
syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima
makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan
pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan
kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa
mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk.
Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datang
mengitarimu. Rahmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu.
Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalanlah kepada-Nya dengan
terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu
pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan
lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yang
berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu
dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam, mengosongkan dunia
dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman
cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan
dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan-setan
penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang
kematian sesungguhnya.
Wahai manusia sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah
untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku
tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya.
Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa
kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari
untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar
suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali
yang engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh
nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat
mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka
dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas
sempurna atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain,
menjadi penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara
tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya.
Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh
dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan
berrhasil membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling
strategis.
Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya untuk
menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta kepada
setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya
sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya,
baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya. Bidayah akan
menghasilkan akhirat lalu akan mendapatkan bagian dari dunia.
UJIAN BAGI ORANG BERIMAN
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah
mencobainya.”
Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah
menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di
antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa
mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah –
bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini
dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati.
Engkau berpaling dari Allah, juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan para
pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang-orang yang menjadi penerus
mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima
pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya
tiada kalam dari Allah yang kau dengar, tidak juga dari suara-suara hamba yang
shalih yang bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana.
Terimalah ketentuan atau kepastian yang tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang
membawa kemulyaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit,
dan tehadap apa pun yang engkau sukai atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau menjadi
pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya, ikutilah
yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan melayanimu.
Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu
berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya
karena melayani para pemimpin yang tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana
saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yang tidak dibagi
untukmu, atau mentukan pembagian sesuatu yang tidak dibagikan oleh
Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan untuk mereka. Pabila engkau berkata
bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu
sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak, tiada pencelaka, taida yang qadim,
tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau berkata sesungguhnya aku tahu hal
itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana engkau tahu? Dan mendahulukan selain
Dia?”
Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu denga duniamu, bagaimana
engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan
dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia?
Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka,
pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari
kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa
batas? Dia berkata ( dalam Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada
tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Apabila pintu seorang hamba terkunci, dan turun tirainya, dan
tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah;
atas ddirinya Allah berkata : “Wahai anak Adam, engkau jadikan Untuk-Ku
pandangan yang mudah bagimu?.”
TIDAK ADA BEBAN
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari
beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu
jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan
batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik
dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah
Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian
batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap
tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik
manusia.
Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari
pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu.
Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk
Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan haji.
Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan
dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan
diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah –
jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya.
Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah
pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu
tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau
tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI :3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu.
Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi
dari kelurusan (tahan) uji. Ia sabar membawa beban berat, ia
pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala
dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena
setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang
siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk
dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu
pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus
untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin.
Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang kamu simpan
sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap)
air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah
niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak
pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu
ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya
demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak
keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di
angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat,
meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi,
sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan.
Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia,
keluarlah dari persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter
bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi
mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka,
pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli
lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.
Anak-anak muridku, fahamilah Pencipta kaunia ini dan bersopanlah
di hadapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak
sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini
laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai
kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka
dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat
khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan
penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung
bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita,
meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada
orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di
hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan
penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap
individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat
dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang
dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu
situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum
ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan
i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi
Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu
kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum
berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya.
Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah
diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya
ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan
di hadapan orang yang lebih tua darimu. Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian besar terdapat dalam orang-orang yang lebih
tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan cegah
dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak
menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu
halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang
wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal,
orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang
berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak
pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia
maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat
Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan
penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap Allah.
Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang
tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata
: “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu
jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila
engkau masuk rumah jangan duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan
rumah untuk mendudukinya.
Anak-anak muridku, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan
menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua
adalah para pengembala makhluk (umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam
penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para pemimpin, orang-orang kaya :
Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan
orang fakir, memelihara anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban
yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul
saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau
wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini.
Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini,
mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut
siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu Allah
untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik
niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat.
Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.
Anak-anak muridku, bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum
hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah
makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya
tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya.
Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah
manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah
untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan
keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan
kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di antara mereka ada yang
tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga ada ketentuan seperti ketampaan
itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan sesuatu yang dikehendaki terajdi
padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam tambang dan benda-benda lain,
kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku menghendaki agar Allah mengajarimu
tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang diperagakan oleh tukang-tukang
sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan ketinggian hikmah dan kecerdikan.
Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah kehendak Dia, yang baisa
disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir berkata kepada salah seorang
temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.
Anak-anak muridku, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan
kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan
amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya
ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena takut
cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk
dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau
tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu
atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag tidak
tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi cobaan pada kami (melebihi
kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami agar memperdekat dengan-Mu
tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah hati kami, wahai Allah
dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk menjauh dari-Mu, tiada juga
atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat kepada-Mu, serta tiada api
cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus terjadi bersama api coba,
maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari kehangusan api yang
menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim kekasih-Mu, tumbuhkan di
sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di sekitarnya, dan kayakan
kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya, jinakan kami,
hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami seperti
Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan
(tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras sebelum
sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah dari
bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.
Anak-anak muridku, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala
datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya
tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan
kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu
yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan
kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.
Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari
ketergoncangan.
“Dan berikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup
di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”
NASIHAT SEORANG MU’MIN KEPADA SAUDARANYA
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Qalbu
orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus
menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat,
melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian
bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu,
disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan
rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana.
Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra.
Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu
tentang dirimu. Karena itu Rasulullah SAW bersabda:
“Orang
mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin
yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa
yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak
keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk
menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya
menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku
telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku
tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat,
bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku
tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan
Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur
celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih
kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan
kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?
Anak-anak
muridku….
Hasratku
adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi
diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku
senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai
para kaum Sufi
Tinggalkan
takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk.
Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu.
Awalmu
hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu
kamu semua jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa
nafsu yang mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari
sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal
bagian yang diberikan itu begitu hinadina.
Kanjeng
Nabi SAW, bersabda:
“Siksa
paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba
untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.”
Betapa
celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah
kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian,
hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan)
syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi
hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak
nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah
mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan
ubudiyah anda.
Diantara
para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan
hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda
hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan
rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat
tidak dengan penglihatan hakiki.
Allah
Azza wa-Jalla berfirman:
“Sesungguhnya
bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”
Si
tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu,
menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya.
Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda
hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa
makan dari mereka.
Namun
sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda
kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan
hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh
dari seluruh makhluk.
Disinilah
hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan
popularitasmu.
Lalu
anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak
menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi
hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam
lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini,
segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya,
bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai
para kaum….
Jika
anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab
akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih
kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling
tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.
Nabi
kita SAW bersabda:
“Kosongkan
dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak
muridku…
Jika
kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak,
maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan
hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu,
karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada
KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu
disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya,
mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar
dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat
padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda
menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau
bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.
Anak
muridku….
Kefahaman
teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa
melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah
perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya
adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’y dalam gerak fisik badan
kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para
hambaNya.
Siapa
yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan
ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut
amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang
harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa
anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya,
karena bangunan akan roboh.
Fondasi
amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan
Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid
dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan
dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik
dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat
amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya
Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan
berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami
dari azab neraka.
SABAR
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Ya
Allah limpahilah rahmat bagi Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
“Berikanlah
kami kesabaran dan berikanlah keteguhan langkah kami.” Limpahilah anugerahMu
yang banyak, limpahilah rizki syukur atas anugerahMu…”
Wahai
para kaum….
Bersabarlah
kalian semua, sesungguhnya seluruh isi dunia ini hakikatnya adalah bencana dan
musibah. Sedikit sekali yang bukan musibah. Setiap rasa nikmat melainkan
diiringi oleh derita. Dan setiap kesenangan, melainkan ada kesedihan. Tak ada
keleluasaan yang muncul melainkan disana ada kesempitan. Berikanlah dunia dan
kehidupanmu, raihlah bagianmu dari dunia dengan aturan syar’y. Karena aturan
Ilahi itu merupakan terapi bagi penyakit dari duniamu.
Anak
muridku….
Berjalanlan
di alur syariat jika anda menghendaki. Dan raihlan melalui tangan “Amr Ilahi”
manakala anda tergolong kaum sufi. Dan melalui tangan Kinerja Allah Ta’ala anda
meraihnya, manakala anda tergolong orang yang patuh, orang yang sudah sampai
kepadaNya. Dengan langkah kepadamu, dan Perintah yang memerintahmu serta
mencegahmu, sedangkan KinerjaNya menggerakkan apa yang ada dalam dirimu.
Manusia
itu terbagi tiga kelompok. Kelompok awam, kelompok khowash dan kelompok
khowashul khowash (sangat khusus).
Manusia
awam adalah muslim yang taqwa, yang memegang teguh aturan syariah dalam
ibadahnya, dan mereka ini masuk dalam kategori firman Allah swt:
“Apa
yang datang dari Rasul ambillah, dan apa yang dilarang bagimu, hindarilah.”
Jika
hal ini bisa sempurna lahir maupun batin, hati hamba akan cemerlang, lalu
hatinya merasa cukup karena berpegang pada syara’, lalu ia meraih Ilham dari
Allah Ta’ala, karena IlhamNya ada dalam segalanya,
sebagaimana
firmanNya:
“Maka
Allah mengilhaminya, baik sikap menyimpangnya dan ketaqwaannya.”
Hamba
ini begitu bertaqwa hatinya dan terus memandang Ilham Ilahi. Tandanya ia meraih
dzahirnya perintah, bahwa dalam kehidupan ini ada yang merajai dimana kekuasaan
ada di TanganNya.
Lalu
cahaya hatinya memancar karena itu, setelah menjalankan ibadah syariatnya
dengan kekuatan imannya dan tauhidnya, setelah hatinya keluar dari dunia dan
jagad makhluk ini dengan segala keruwetan dan busa-busanya. Lalu datanglah
subuh hari, datanglah cahaya iman, cahaya taqarrub dari Tuhannya Azza wa-Jalla.
Cahaya amal dan cahaya kesabaran, cahaya kasih dan ketentraman. Semua ini buah
dari ibadah menurut aturan syariah, dan berkah dibalik semua itu.
Sedangkan
para Abdal (Wali Abdal) adalah kaum Khowashul khowash justru yang memberikan
fatwa syara’, lantas mereka ini memandang perintah Ilahi, Kinerja, Gerak dan
IlhamNya. Selain itu semua berarti kehancuran dalam kehancuran, sakit dalam
kesakitan, haram dalam keharaman. Kepusingan dalam pokok agama, rumit dalam
hati dan runyam dalam jasadnya.
Wahai
kaum Sufi.
Apa
yang diberlakukan oleh Allah Ta’ala bagi dirimu, sesungguhnya agar kamu
memandang bagaimana kamu memberlakukannya? Apakah kamu bisa kokoh atau
sebaliknya malah lari? Apakah kamu jujur atau mendustai? Sebab siapa yang tidak
selaras dengan kepastianNya, tidak meraih kasih sayang dan tidak meraih
keselarasan. Siapa yang tidak rela pada ketentuanNya, maka tidak akan meraih
ridloNya. Siapa yang tidak memberi tidak diberi.
Wahai
si bodoh, kamu ingin berubah dan berganti sesuai dengan seleramu. Kamu jadi
tuhan kedua dengan menginginkan agar Allah Azza wa-Jalla berselaras dengan
dirimu. Kamu harus membalik pandanganmu, agar kamu benar. Kalau bukan karena
takdir-takdir itu, kamu tidak akan tahu mana klaim-klaim kebohongan, dan ketika
tertarik, maka jelaslah disana, mutiara-mutiara. Ingkarilah nafsumu yang
senantiasa kontra kepada Allah Azza wa-Jalla. Kalau kamu bisa kontra pada
nafsumu, kamu pasti bisa kontra pada selain dirimu. Atas kekuatan imanmu, kamu
bisa menghapuskan seluruh kemungkaran jiwamu. Tapi karena kelemahan imanmu
pula, kamu hanya duduk di rumah dan enggan menghilangkan kemungkaran hatimu.
Langkah-langkah
iman itu adalah kekuatan yang bisa jadi bekal untuk mengapai syetan-syetan
manusia dan jin, yang bisa membuat kokoh ketika kamu menghilangkan cobaan dan
bencana. Pijakan-pijakan iman yang ada, jika tidak memiliki langkah kuat,
jangan disebut iman. Singkirkan semuanya, dan Cintailah Khalik secara total.
Bila Dia menghendaki, Allah akan memberikan limpahan cintaNya padamu hal-hal
yang kau benci, tetapi engkau tetap terjaga di sana. Karena Dialah Yang Membuat
Cinta, bukan dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW.:
“Ada
tiga hal dari duniamu yang membuat aku mencinta: Wewangian, wanita, dan kesejukan
jiwa dijadikan padaku dalam sholat.”
Beliau
dilimpahi cinta itu setelah menyingkir, meninggalkan, zuhud dan berpaling.
Karena itu kosongkan hatimu dari selain, sehingga jika muncul kecintaan semata
karena kehendakNya.
JANGAN HANYA HANYA LAHIRNYA YANG DI PERBAIKI
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata: Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor,
berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi agama,
dan tidak mengenal wara (memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat)
terhadap makanan yang jelas haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas
tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap
zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi
batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi
acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr).
Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga
punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia
bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju
keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju
syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima
makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan
pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan
kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa
mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk.
Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datang
mengitarimu. Rahmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu.
Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalanlah kepada-Nya dengan
terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu
pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan
lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yang
berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu
dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam, mengosongkan dunia
dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman
cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan
dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan-setan
penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang
kematian sesungguhnya.
Wahai manusia sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah
untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku
tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya.
Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa
kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari
untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar
suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali
yang engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh
nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat
mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka
dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas
sempurna atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain,
menjadi penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara
tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya.
Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh
dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan
berrhasil membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling
strategis.
Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya untuk
menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta kepada
setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya
sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya,
baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya. Bidayah akan
menghasilkan akhirat lalu akan mendapatkan bagian dari dunia.
UJIAN BAGI ORANG BERIMAN
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah
mencobainya.”
Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah
menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di
antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa
mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah –
bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini
dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati.
Engkau berpaling dari Allah, juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan para
pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang-orang yang menjadi penerus
mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima
pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya
tiada kalam dari Allah yang kau dengar, tidak juga dari suara-suara hamba yang
shalih yang bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana.
Terimalah ketentuan atau kepastian yang tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang
membawa kemulyaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit,
dan tehadap apa pun yang engkau sukai atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau menjadi
pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya, ikutilah
yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan melayanimu.
Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu
berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya
karena melayani para pemimpin yang tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana
saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yang tidak dibagi
untukmu, atau mentukan pembagian sesuatu yang tidak dibagikan oleh
Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan untuk mereka. Pabila engkau berkata
bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu
sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak, tiada pencelaka, taida yang qadim,
tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau berkata sesungguhnya aku tahu hal
itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana engkau tahu? Dan mendahulukan selain
Dia?”
Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu denga duniamu, bagaimana
engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan
dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia?
Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka,
pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari
kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa
batas? Dia berkata ( dalam Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada
tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Apabila pintu seorang hamba terkunci, dan turun tirainya, dan
tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah;
atas ddirinya Allah berkata : “Wahai anak Adam, engkau jadikan Untuk-Ku
pandangan yang mudah bagimu?.”
TIDAK ADA BEBAN
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari
beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu
jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan
batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik
dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah
Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian
batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap
tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik
manusia.
Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari
pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu.
Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk
Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan haji.
Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan
dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan
diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah –
jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya.
Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah
pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu
tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau
tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI :3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu.
Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi
dari kelurusan (tahan) uji. Ia sabar membawa beban berat, ia
pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala
dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena
setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang
siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk
dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu
pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus
untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin.
Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang kamu simpan
sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap)
air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah
niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak
pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu
ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya
demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak
keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di
angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat,
meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi,
sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan.
Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia,
keluarlah dari persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter
bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi
mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka,
pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli
lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.
Anak-anak muridku, fahamilah Pencipta kaunia ini dan bersopanlah
di hadapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak
sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini
laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai
kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka
dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat
khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan
penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung
bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita,
meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada
orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di
hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan
penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap
individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat
dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang
dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu
situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum
ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan
i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi
Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu
kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum
berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya.
Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah
diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya
ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan
di hadapan orang yang lebih tua darimu. Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian besar terdapat dalam orang-orang yang lebih
tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan cegah
dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak
menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu
halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang
wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal,
orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang
berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak
pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia
maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat
Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan
penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap Allah.
Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang
tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata
: “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu
jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila
engkau masuk rumah jangan duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan
rumah untuk mendudukinya.
Anak-anak muridku, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan
menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua
adalah para pengembala makhluk (umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam
penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para pemimpin, orang-orang kaya :
Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan
orang fakir, memelihara anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban
yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul
saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau
wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini.
Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini,
mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut
siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu Allah
untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik
niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat.
Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.
Anak-anak muridku, bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum
hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah
makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya
tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya.
Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah
manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah
untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan
keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan
kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di antara mereka ada yang
tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga ada ketentuan seperti ketampaan
itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan sesuatu yang dikehendaki terajdi
padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam tambang dan benda-benda lain,
kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku menghendaki agar Allah mengajarimu
tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang diperagakan oleh tukang-tukang
sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan ketinggian hikmah dan kecerdikan.
Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah kehendak Dia, yang baisa
disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir berkata kepada salah seorang
temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.
Anak-anak muridku, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan
kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan
amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya
ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena takut
cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk
dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau
tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu
atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag tidak
tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi cobaan pada kami (melebihi
kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami agar memperdekat dengan-Mu
tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah hati kami, wahai Allah
dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk menjauh dari-Mu, tiada juga
atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat kepada-Mu, serta tiada api
cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus terjadi bersama api coba,
maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari kehangusan api yang
menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim kekasih-Mu, tumbuhkan di
sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di sekitarnya, dan kayakan
kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya, jinakan kami,
hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami seperti
Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan
(tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras sebelum
sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah dari
bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.
Anak-anak muridku, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala
datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya
tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan
kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu
yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan
kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.
Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari
ketergoncangan.
“Dan berikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup
di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Hasan al-Basri pernah berkata : Rendahkan dunia karena dunia, demi
Allah, tidak baik ia kecuali setelah dihinakan.”
Anak-anak muridku beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu
dari persemayaman-Nya, dan beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di
persemayaman Rasulullah Muhammad saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan
Al-Qur’an, setiap hari dan cita. Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum
tasawuf. Karena rahasia mereka dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai
pembuka pintu pendekat. Ia pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan
antara Tuhannya. Kala engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu menanti kepastian lalu mencabutnya, sedang orang
berilmu mengiringinya dan rela atas kepastiannya. Wahai orang miskin, engkau
jangan menanti kepastian dan bersedih karenanya, sebab itu bisa membinasakanmu.
Orang yang berbalut tekad adalah orang yang menerima kehendak Allah dan
mengeluarkan hati (membebaskan hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan.
Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati keclmu, bila engkau bertahan tentu
engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan orang-orang shalih. Jika engkau mampu
membantu orang-orang shalih lakukanlah, karena mereka labeih baik darimu; di
dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau dapat menguasai dunia seluruhnya, sedang hatimu
tetap tidak seperti hati mereka, tentu engkau tidak memiliki mutiara. Setiap
orang yang berhati baik kepada Allah dan ia dikitari dunia dan akhirat, tentu
bila menghukum orang awam dan khowas (orang-orang pintar) dengan ketentun hukum
Allah.
Mana mungkin engkau bertali dengan mereka. Kamu, setiap citamu
tidak lain hanya tertuju makanan, minuman, pakaian, kawin dan segala isian
dunia, bahkan engkau juga rakus padanya. Bekerja yang seata-mata didasari
perkara dunia bisa membawa kebatilan dalam perkara akhirat. Nabi saw.
menjelaskan :
“Seungguhnya Allah mempunyai dua orang malaikat yang saban hari
pagi dan sore selalu mengumandangkan panggilan : wahai bani Adam
bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa dan berkumpullah untuk
bermusuhan.”
Orang beriman tentu berniat baik dalam segala tindakannya. Ia
tidak beramal di dunia ini tetapi justru membangun dunia untuk akhirat. Ia
meramaikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, pondok-pondok dan menuntun jalan
kaum muslimin. Jika membangun tanpa tujuan ini, maka untuk keluarga, orang
miskin, orang fakir dan tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan ini hingga
terbangun megah, baginya akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak membangun
semua itu karena mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak Adam
telah bersih seperti ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama Allah
dan hidup bersama Dia. Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul.
Terimalah apa saja yang datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan,
iman dan yakin. Maka tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.
Orang yang berdzikir – Allah – memulia hidup dengan peralihan dari
satu kehidupan menuju kehidupan lain, tiada kata mati baginya kecuali sesaat.
Bila dzikir telah bertempat dalam hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng
(daam) kendati ia tidak berdzikir melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir
yang daam (langgeng) maka kekal pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya
bersama perbuatan-Nya. Bila tidak serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri
di musim panas, kecuali musim panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak
serasi dengannya dalam musim dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin.
Keserasian keduanya itu mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian
antara bala’ dan afat yang mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan,
hati bosan, keluh kesah saat datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas
manusia, dan alangkah indah keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka –
dari Allah – menjadi penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti
Ashabul Kahfi di dalam gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran
mereka.
“(Sedang mereka dalam keadaan tidur) Kami balikkan mereka ke
sebelah kanan dan sebelah kiri ......... (Qs.XVIII :18).
Mereka itu orang yang lebih berakal, mereka sama memikirkan apa
pun yang datang dari Tuhan – dalam segala keadaannya – demikian cita mereka.
Celaka, engkau berbuat mengikuti perbuatan ahli neraka mengharap
surga. Atas perbuatan ini sesungguhnya engkau telah rakus yang tidak
pada tempatnya. Engkau jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau
sangka terjadi atasmu. Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu.
Allah akan menelanjangi kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia untukmu dan engkau beramal di sana menurut
kemauanmu. Sama halnya afiat pun akan tertelanjangi darimu, kaya, aman, mulia
dan segala yang ada padamu yang berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau jangan
lari dari ketelanjangan itu, kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga engkau
mencarinya dan meminta darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang kamu
miliki hanyalah dari Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan itu
atas dasar taat.
Ada Ulama berkata : “bersegeralah menuju Allah melalui makhluk dan
jangan berseimbang dengan mereka untuk Allah.” Tercerailah orang yang
menceraikan-Nya dan terbesarilah orang yang berbesar.
Belajarlah untuk perimbangan dengan Allah melalui hamba-Nya yang
shalih yang sama berimbang (muwafaq) bersama Dia.
Jangan Mempermasalahkan
Rizki
Beliau berkata:
Engkau jangan bercita
terhadap makhluk dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat
daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini,
maka tinggalkan cita dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau
tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia
membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu.
Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian
rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak
henti-hentinya menjaga lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya
pada kebaikan makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota
dari lisannya hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala
domba lisannya gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki
kebaikan lalu dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul
(kelu) dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Qs.XX:27:28).
Musa berkata : Ketika
aku berada di tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan
sekarang telah datang kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara
kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku,
maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan
bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan –
selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal).
Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu
Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Anak-anak muridku,
kuliht engkau amat sedikit berma’rifat kepada Allah, Easul-Nya dan sedikit
mengenal para Wali-Nya, para pengganti Nabi, pra khalifah – perihal tingkah
lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa
burung, laksana rumah setelah roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran
daunnya. Hai manusia itu bisa hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat
dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara total – serahkan segala punyamu kepada
Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu
dan dari semua makhluk, lalu berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari
makhluk). Pabila Allah menghendaki tentu Dia memberi busana untukmu dan
menghadapkan kepada makhluk melaksanakan perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan
Rasulullah saw. Kemudian tetapilah sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya
– yaitu menetapi hukum-hukum yang berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain
untuk Allah dan berhenti di hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh
ia tuangkan dari lisan suatu kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu
kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkaurihda.” (Qs. XX:84).
Singkri dunia, akhirat
dan semua makhluk, pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan;
aku datang kepadamu segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang debil, apa
yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau
hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf.
Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka
engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan
sedikit memperhatikan sesuatu.
Wahai sahay engkau
jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum padanya.
Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau tergeser pada
yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan agar
mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa mengenal
Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah terhadap
sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu lalu
mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan Allah.
Wahai manusia jagalah
amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan
sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan
pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam bicara dan
perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya
ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala
sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu dan
diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di hadapan
timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah yang hitam,
ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari kiamat. Untuk
semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal selain
untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah,
bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun
serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. XLII : 11).
Jauhlah keadaan ini
lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa
dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa
dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh
Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau
keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan
bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau
kehendaki keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan
sopan, jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah
engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari.
Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari
akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang
roti tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia
sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati.
Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada
akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.
Wahai pelayan, tiada
untuk bagimu kendati engkau senang. Dan engkau, wahai pemohon cinta
Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta
Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu
cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah.
Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan
untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang
tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia
mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah.
Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk
mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu
terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai
setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu
keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera
datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini
dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi
keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang
membencimu di dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa
memenuhi selera warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia
menyinta kepada orang yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di
sampingnya. Orang-orang mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh
cintanya untuk Dia. Maka Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan
menguatkan mereka di atas cinta orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan
yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan
berikhlas dalam beramal. Mereka memungut dengan tangan sendiri serta
menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa melayani Dia tentu dilayani,
siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang siapa memberi tentu diberi. Tapi
jika engkau niat beramal untuk neraka tentu api akan menyambut kehadiranmu esok
hari.
Amal yang engkau
usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka,
sedang engkau mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani
(Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal
engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah
banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’
amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal
dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya
hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang
beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena
manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal
meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang
orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada
keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan
Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya
berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang
pantas bagi mereka selain siksa neraka.
Wahai Allah kami mohon
perlindungan darimu dari segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan
ikhlas di dunia dan bersih di akhirat. Aamiin.
Anak-anak muridku,
perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu;
jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan
karena nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah
ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan
akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa
melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.
Anak-anak muridku,
serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada
pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.
Anak-anak muridku,
serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya
untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu
selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai
orang yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan
besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan
esok.
Anak-anak muridku,
kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di
dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman
dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di
hari itu :
“ ............. pada
hari oarng-orang bersalah menggigit tangannya.” (Qs. XXV :27).
Ya, para aniaya dan
perusak sama menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Anak-anak muridku,
engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan.
Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir
kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau
jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan,
karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan
terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai Allah tolonglah
kami dengan usaha tunduk kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat
kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan
hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka.
Jihad Terhadap Hawa
Nafsu Dan Syaetan
Beliau berkata:
Allah telah memberikan
untukmu berupa dua jihad/perlawananan; lahiri dan batini.
Adapun batini usaha
untuk memerangi nafsu, hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap
memuliakan-Nya dan meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk
lahiri yaitu : usaha untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, menahan kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan
tombak untuk membunuh mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan
membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad
tersebut, jihad batini ternyata menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk
lahiri. Karena hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan
menetapi perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang
siapa menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh
keutamaan dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid
itu laksana bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam
kebenaran jihad untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga
meneguk air dingin.
Wahai manusia, imanilah
Al-Qur’an, beramal-lah menurut ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau
jangan mempertonjolkan amal, jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan
makhluk atau pengganti dari mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas,
dan berapa banyak orang munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah,
tetapi konstan tunduk di bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang
itu suka berharap agar tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah.
Sungguh perlu engkau mengerti bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat
lebih baik dibanding isi dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk
bertasawuf. Sesaat bersabar, sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat
kaya sesaat fakir, sesaat sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga
mereka bersama Allah. Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.
Anak-anak
muridku, jadilah orang benar, tentu engkau baik, jadilah pembenar
dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah kebenaran dalam sirr
(rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan. Setiap selamat yang ada dalam
ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan dari pelaksanaan segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar atas keputusan-Nya. Barang
siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan pintanya, dan siapa tunduk kepada
Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia kemarilah
karena aku membawa nasihat bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala
apa pun yang diriku ada di sana. Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas
dari kehendak Allah sebagaimana yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah
menuntut aku, karena aku butuh kamu seperti engkau buruh diriku. Nabi saw.
bersabda :
“Tidak terbilang
sempurna iman seseorang beriman sehingga ia memenuhi kehendak saudaranya muslim
seperti ia memenuhi kehendaknya sendiri.”
Nah, demikian realisasi
kata pemimpin kita dan pembersar kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta
orang-orang benar sejak Adam sampai kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan
iman bagi orang yang tidak memenuhi pangilan saudaranya muslim seperti ia
memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau cintai dirimu sendiri tentu engkau
pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus pakaian, seindah-indah kediaman,
secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak harta untukmu sendiri. Tetapi
cintamu kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua itu. Maka
betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang yang
jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri
termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya,
bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya
kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi
mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul
kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap
membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan
perbuatan bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu
dan sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat
sifat loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh
memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang
kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada
lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” (Qs. XLV :24).
Tampaknya engkau
seperti bagian mereka, bedanya engkau mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh
dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan diri bersama kamu muslimin dalam shalat
dan puasa, sebagaimana tradisi kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu
kepada manusia seakan bertaqwa sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama
sekali tidak berguna bagimu.
Wahai manusia, mana
saja sesuatu yang bermanfaat bagimu; lapar dan dahaga di siag hari, tapi di
malamnya engkau buka dengan makanan haram. Tampak engkau puasa di siang hari,
tapi bermaksiat di malamnya. Wahai pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di
siang hari tapi engkau sama buka dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di
antaramu berpuasa tetapi berlaku fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan
umatku atas sesuatu yang mereka agungkan di bulan puasa.”
Pengagungannya adalah
dengan laku taqwa di bulan itu, dan puasanya semata karena Allah, serta giat
memelihara hukum-hukum syariat-Nya.
Anak-anak muridku
puasalah, bila tiba saat berbuka berikan sesuatu yang engkau gunakan berbuka
kepada orang fakir. Engkau jangan makan sendiri. Siapa makan sendirian tidak
mau mendermakan yang sebagian kepada yang membutuhkan berarti ia takut jika
fakir.
Wahai manusia engkau
berkenyang diri sedang tetanggamu lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu
tidak bersih. Engkau banyak kuasai beraneka makanan sampai engkau dan
keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada pengemis berdiri di depan pintumu
engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat engkau akan ketahui beritamu, dan
tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu, kemudian engkau juga ditolak
seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri
seperti itu, mengmbil apa yang ada di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di
antara dua keadaan. Tawadlu’ itu seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan
memberi itu seharusnya asli dari hartamu. Nabi kita mUhammad saw. itu selalu
memberi peminta dengan tangannya sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan
menjahir bajunya sendiri. Barang siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang
engkau jauh berbeda dengannya; baik kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu
jika engkau datang sambil membawa syariat Islam – jika tidak jangan mengaku
“aku orang Islam”. Peliharalah ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu
penyerahan diri totalitas di hadapan Allah.
Jalinan belas kasih
antar sesama manusia sehingga engkau dikasihani para penduduk langit. Dikatakan
selagi engkau masih berdiri bersama nafsu tidak akan sampai ke maqam
ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada
dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan
cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya
agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus
terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan
syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian
yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang
demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya
niscaya engaku beruntung. Engkau dengarAllah swt telah berfirman:
“Apa yang datang dari
Rasul, maka ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah.” (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang
dan ringan, dan benamkan dirimu padanya. Jika banyak yang anda dapat dari
kepastianNya, sebagaimana ilmuNya, maka disanalah anda berada. Jika anda
menerima dengan gampang, anda tidak akan hancur, bahkan tak akan pernah luput
dari anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri
berkata, “Cukuplah bagi orang beriman, sekadar makanan ringan, cukuplah kurma
jelek dan seteguk air.”
Orang beriman itu makan
untuk kekuatan tubuh, orang munafik makan untuk menikmati makanan. Orang
beriman mengkonsumi makanan karena ia butuh kekuatan melintasi jalan menuju
tempat, dimana tempat itu justru seluruh kebutuhannya tercukupi, karenanya ia
makan hanya sekadar kuat saja. Sedang orang munafik memang tidak punya tempat,
tidak punya tujuan hidup.
Betapa banyak
hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat
kalian tidak teledor dengan duniamu, sementara kalian teledor dengan agamamu.
Berbaliklah, kalian akan berpijak pada kebenaran.
Dunia tidak akan abadi
bagi siapa pun, begitu pula bagimu. Apakah kalian masih punya harapan hidup
bersama Allah Azza wa-Jalla?
Oh betapa minimnya
pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk dunianya, membangun dunianya, sementara
di satu sisi ia merobohkan bangunan akhiratnya, dengan mengumpulkan dunia dan
membuang agamanya. Benar-benar dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza
wa-Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada makhlukNya.
Kalau dia tahu bakal mati dalam waktu dekat, hadir di hadapanNya, ia pun juga
dihisab atas seluruh perbuatannya, maka tidak ada yang banyak dari jumlah
amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra,
berkata pada putranya, “Wahai anakku, sebagaimana engkau sakit, kalian tidak
tahu bagaimana tiba-tibanya penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian
tidak tahu bagaimana anda nanti mati.”Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan
kalian. Tapi kalian tidak pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian
malah lenyap dari kebaikan sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan
dunia tidak ada gunanya, bahkan semua yang anda kumpulkan jadi
bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian menanggung tugas dan memutuskan
kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang, jika kalian bicara, lalu saling
bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu hadir keburukan diantara kalian.
Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu Allah Azza wa-Jalla, dan mereka
ini sebagai bukti dan argument kebenaran atas mereka. Jika khalayak tidak
menerima, maka kaum mukmin akan meraihnya sebagai nikmat, tapi derita bagi kaum
munafik, mereka ini adalah musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau
berikan kebajikan bersama Tauhid, dan sirnakan kami dari makhluk dan selain
DiriMu secara total.
Wahai orang yang
bertauhid, wahai orang yang masih musyrik, sesungguhnya di tangan para makhluk
itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan di mata penguasa, para raja,
orang-orang kaya, semua itu hakikatnya di tangan Allah SWT. Hati mereka berada
di TanganNya, terserah Dia membolak balikkannya.
”Tak ada sesuatu pun
yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu,
ia bisa memakan jiwamu, seperti orang yang mendidik anjing dan memanjakannya,
suatu ketika lengah anjing itu akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan
senjata nafsumu dan jangan pula mengasah ketajamannya, karena akan mengenai
dirimu di wadah kehancuran ketika nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan
jangan melewati syahwatnya.
Ya Allah tolonglah kami
atas nafsu-nafsu kami.
Wahai Tuhan kami,
berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehididupan yang baik di akhirat,
dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Takut kepada Alloh
Pengajian Syeikh Abdul
Qodir al-Jilany
Selasa sore 18
Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah,
Beliau berkata:
Demi Al-Haq, seandainya
dia tidak ciptakan surga dan neraka tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya
untuk mencari ridla-Nya. Jagalah sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan
sika. Taat kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menghentikan
apa yang dilarang serta bersabar atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan
hadapan-Nya, rendahkan dirimu dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu
penuh cinta dunia dan akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu
– itu harus engkau terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.
Wahai manusia dirimu
mengaku Tuhan, berita apa yang engkau terima sampai engkau berbesar diri kepada
Allah. Selain itu engkau juga berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan
engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan terkutuk” Jika putusan Dia telah tiba
engkau bertolak tidak sabar, bahkan engkau lari dan mencabut apa yang menjadi
kehendak-Nya; berupa penyerahan diri secara total. Sungguh demikian ini tidak
membawa manfaat bagimu.
Anak-anak muridku,
tradisikan takut dan beragam sampai engkau sanggup menjumpai Tuhanmu.
Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya. Bubuhkan tanda keserahan dalam
tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi penyerahan dirimu. Bila engkau
merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya. Karena bila sesuatu telah
dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana. Allah, bila memilih
seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya. Ketika ia sedang
terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu yang tidak bisa
lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal itu ada di
antaranya dan Dia.
Celaka, wahai si bodoh,
engkau berpaling dari Allah dan mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk
melayani sesama makhluk. Orang yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia
mencoba untuk mengenalnya, maka ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui
siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan
nafsu, tabiat, setan dan suci dan bersih dari dunia, maka baginya dibukakan
pintu pendekat dengan-Nya; untuk mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk
Dia semata. Baginya dikatakan, kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk
membantu makhluk dan tunjukan mereka kepada kami. Bantulah para pencari Kami
dan murid yang menuju kepada kami. Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai
lekat dengan jiwa. Karena ia merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung
mendahulukan isteri-isteri atau anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah.
Sesungguhnya aku melihat gerak menuju kedamaian; setiap tujuanmu,
isterimu dan anakmu dan apa pun yang datang dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam
kemanusiaannya adalah mereka yang berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali
Allah. Sungguh telah buta mata hatimu, dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya
engkau tertutup dari Tuhan, sehingga apa yang engkau miliki hanya klise. Karena
sebagian Arifin berkata : “celaka amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang
yang tidak beramal, karena sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia
mudamu di hadapan cermin yang retak, sedang engkau masih makan makanan haram
tanpa engkau sadari, yang demikian karerna kebusukan yang menyelimutimu serta
pengolahan nafsu sahwat dan ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama
lagi tradisi burukmu terntu terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu
hanya menjauhkan dirimu dari Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain.
Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang
demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati, atau
mempergunakan pendengarannya dengan hati-hati.” (Qs. L:37).
Perputaran pikir itu
menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr
(rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi
bagi mereka tetap mempunyai syahwat atau kesenangan, hanya amereka
mampu mengimbangi nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap
satu syahwat yaitu kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu
tempat, kemudian ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati
syahwat Adam a.s. itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah.
Dan para Nabi-Nya tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat,
sampai mereka bisa menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan
banyaknya bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali
adalah tipe orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.
Wahai hamba Allah
bersabarlah atas hantaman nafsu, karena dalam waktu dekat engkau akan mampu
membalas hantaman itu bahkan membinasakan dan merampas kebendaan mereka serta
mengambil alih mahkota kekuasaan dan menutup politiknya.
Anak-anak muridku
berjihadlah, sesungguhnya kamu tak menganiaya seorang pun jika niatmu suci.
Setiap orang tidak punya hak kecuali setelah mendapat perintah syara’, jika
perintah itu ada maka jihadmu termasuk ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan
orang benar telah ditiupkan dalam bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas
jiwa mereka, dinaikan dari dunia dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan
kebenaran mereka. Mereka berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka
berhenti di tepi jalan sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum –
seorang pun – karena orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut
kembalilah mereka menuju dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat
kepada Allah dan memberi kabar tentang apa yang ada di sana, maka
perkara-perkara itu pun dipermudah untuk mereka; berupa kekuatan iman dan
kesanggupan takwa. Segala apa yang diberikan oleh Allah tampak jelas
dihatinya; yakni berita tentang kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa
saja yang berada di dalamnya. Ia melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan
dan Malaikat yang sama bertawakal. IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat
dunia beserta bayangannya. Ia melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan;
apabila melalui kubur tampak jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik
nikmat atau siksa; ia melihat kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia
meliaht rakhmat Allah dan siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri,
para Nabi dan Rasul, para badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia
melihat penduduk surga saling berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan.
Siapa baik pandangannya nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan
mata kepalanya, sedang mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas
manusia; ia melihat pergolakan dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang
disebut pandangan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh para wali Allah. Orang
semacam ini bisa memnadang manuisa tampak sifat lahirinya dari pandangan mata
kepala, dan tampak sifat batininya dari sudut pandang mata hati, sedang
untuk memandang Tuhan dengan mata sirr-nya. Siapa melayani, maka dilayani, bila
kedatangan kehendak Allah ia menerima, ia tetap mengembannya kendati membawanya
ke darat atau samudera, ke pantai atau ke puncak, tidak perduli makannya pahit
atau manis, terminalnya pada kemuliaan atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat
atau sakit, ia tetap berjalan bersama kehendak Allah, sehingga apabila
mengetahi kehendak itu sesungguhnya ia telah turun atau di kendaraan; lalu
berkendaraanlah ia, melayani dan tawadlu’ – yang demikian karena dekatnya
kepada Allah serta pemujaannya atas-Nya.
Semua itu
semata terjadi karena persaingan dengan nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk
dapat dimenangkan dengan gemilang.
Wahai Allah limpahkan
rizqi untuk kami sejalan menurut ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.
Bicara Tanpa Disertai
Perbuatan
Pengajian Syeikh Abdul
Qodir al-Jilany
Jum’at pagi 21
Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah, Beliau berkata:
((((
Wahai penghuni negeri
ini, sungguh amat banyak sikap munafik terjadi, justru amat sedikit orang
ikhlas, amat banyak orang bicara tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit
pun itu tak berimbang; bahkan hal ini laksana hujah tanpa
penyanggah. Bicara tanpa amal seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa
pengeluaran dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa ruh
hanyalah patung yang tak punya tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu
semisal raga tanpa nyawa, sedang nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran
menekuni Kitab Allah di samping sunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan
perintah dan larangan, patuhilah kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan
yang datang kepada suatu kaum itu seperti bila datang kepadamu; di antara
mereka ada yang sabar juga ada yang menjauh dan mengeluh. Di antara syarat
cinta kepada Allah itu terletak pada ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan
tidak terepotkan oleh dunia, akhirat atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah
bukan suatu hal yang mudah; ia baru terlaksana sampai seseorang mampu
meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh dari-Nya; dan berapa pula orang
yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat dengan-Nya. Janganlah suka menghina
orang Islam karena ia exsistensi sirr (rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan
keputihan jiwa mereka. Rendahkan dirimu jangan berbesar diri di hadapan
hamba-hamba Allah; kenanglah sifat pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang
sangat; seakan kamu telah merasa cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat
tempatmu di surga. Betapa besar penipuan ini; setiap orang telah berlaku
maksiat kepada Allah dengan pelbagai kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu,
tidak pula mau bertobat; ia menduga bahwa hal itu sebagai teman sejak semula;
demikianlah yang tertulis dalam bukumu dengan mencantumkan waktu dan
peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan tergantung sedikit banyak perbuatan
itu.
Bangunlah wahai pelupa;
jagalah wahai penidur; pelaingkan kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi
tidak bertaubat atau menyesal sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki
menurut ketentuan pembagiannya, jika sudah terbagi ia tidak bertambah atau
menyusut, tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Rupanya engkau masih ragu
jaminan Allah; betapa engkau loba mencari sesuatu yang tidak didbagikan;
kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang kepada Ulama, sedang penyaksianmu
suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah
yang memberi makan dirimu kala masih berada dalam perut ibumu? Setelah lahir,
anehnya engkau bergantung atas diri sendri dan orang lain, uangmu,
pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu. Setiap orang yang bergantung
kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau takuti atau kau harap
maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau lihat berkait dengan dlar
(sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa Allah berlku atas
dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui rahasiamu. Tunggu, niscaya
Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan, keperkasaan, hartamu dan seluruh
ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu dan mengokohkan kuasa mereka
atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu, mengunci pintu di hadapanmu dari
satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa memberi sesuatu makanan sedikit pun
padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak akan di dengar. Semua ini sebab
syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan kepada-Nya, pencarian nikmat
selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui jalur maksiat.
Nah, demikian yang
terlihat berbagai jenis itu terjadi, sedang hal itu menjadi tidak yang wajar
bagi pelau maksiat. Tetapi di antara mereka tetap terdapat sosok manusia bila
melihat perrkara disusul taubat; maka untuknya Allah memandang dengan rakhmat,
amalannya dengan kemuliaan dan kelembutan.
Wahai makhluk Allah
bertaubatlah, wahai ulama; wahai fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah,
tiada di antaramu kecuali orang yang butuh daku sebagai jalur pertaubatan
orangtua-orangtuamu. Bila pada usia permulaan dirimu merasa berat terbukalah
bagiku pada akhirnya – menjelang matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta
seseorang maka tunggulah keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan
kepada sanak keluarga, kaum fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta
tersebut bersumber dari yang halal.))))))0
Anak-anak muridku
setiap sesuatu yang kau lihat dari arah kebikan, sedang kau mencintainya, maka
hal itu sebagai cinta yang kecil, karena kau masih berjinak dengannya. Cinta
sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan cinta Allah; karena ia dilihat
melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun ahli ruhani; cinta mereka bukan
sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata terbuka dari tabir penutup mata
hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang ada dalam ghaib atau melihat
sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang lain.
Wahai Allah limpahkan
kepada kami cinta-Mu bersama ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia
sampai batas waktu yang ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika
sudah dilimpahkan untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu
menyebabkan ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau
tersenyum bersamanya, engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak
dibagikan Allah, dan sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa
mendapat izin dari Allah.
Wahai manusia teramat
pagi engkau menerima nikmat Allah ketika berada dalam perut ibumu, setelah di
lahirkan kamu diberi kesehatan, kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa
taat kepada-Nya menjadi Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa
nikmat datang darinya lenyaplah kecintaan terhadap makhluk dari hati; berubah
menjadi arif kepada Allah, mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya;
dari jalur ini engkau bisa melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber
menurut penjelasan-Nya, tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik
kepada-Nya dan keburukan yang datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari
mereka ia melihat bahwa hal itu terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah
tampak dari mereka, maka ia lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam
pandangannya berpindah dari ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan
peristiwa itu ia dilimpahi syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan
hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif
tidak bergeming berloncat-loncat dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis,
sehingga kezuhudannya terhadap ciptaan semakin bertambah kuat, lalu
meninggalkan mereka berpaling dari mereka sebaliknya amat suka Allah sembari
memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala sesuatu yang terambil dari makhluk sama
lenyap lalu sumber pengambilannya itu tetap dari Allah. Akal yang berserikat
semakin terpateri antar dirinya dengan ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu
akal pelimpahan Allah.
Wahai pemburu makhluk,
wahai pemusyrik mereka; takutlah jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu
terdapat sesuatu; Allah tidak akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah
tidak akan melihatnya, karena ia berbuat durhaka setiap kali menggantungkan
kemusyrikan kepada-Nya.
Peliharalah kesunyian
(khalwat) dari cengkeraman nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia,
lalu kahlwat dari akhirat, kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau
berkehendak kahlwat bersama Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan
dan per-anganan-mu.
Celaka kamu, Engkau
duduk dalam tempat sujudmu sedang hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk
sambil menanti kedatangan mereka dan pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu,
sama artinya kau jadikan untuk dirimu gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu
mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan Allah; jika tidak ada ikatan dari
Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu bukanlah dari ciptaan. Bila engkau
ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau tak punya batin yang bersih atau
hati yang sunyi, selain kepada Allah maka pengasingan diri itu tak membawa
manfaat.
Usir rasa cinta dunia dari
hati
Beliau berkata:
Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus
mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku? Beliau (Abdul qadir) menjawab :
perhatikanlah kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya,
bagaimana engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke
belakangnya, lalu memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga
kedudukanmu terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka
memperlihatkan harta kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika
mereka bergelanyut bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka
baik dan pelayanan untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri
tebenam dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat di atas-atas
tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan
kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada
di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk
sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari
kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu
dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin, didekatkan lalu dijegal.
Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang menyerahkan dirinya
mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan menerima
keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan
mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia
dari hati, tetapi jika keu tetap dunia hanya mengunakan mata kepala
tentu tertipu oleh warn warni yang menghias keburukannya, sudah barang tentu
kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia dari hati dan berzuhud di dunia,
padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh; perangi nafsu sampai tenteram benar,
jika kau merasa tenteram niscaya kau akan mampu melihat aib dunia bahkan mampu
menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya adalah kau mampu menerima bisikan
hati, berkait dengan sirr; sedangkan ketenteraman kedua-duanya terletak menurut
perintahnya menahan dunia di samping berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar
atas penolakannya (dunia akhirat). Jika ketenteraman telah tercipta baru kau
bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di
hadapan para ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan
mereka karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa
yang dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini
selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati
mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur
dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang
yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau
akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai tolok rujuk mata
sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa tidak pula karena
harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau untuk
melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak mereka ketahui;
Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang munafik bila bicara
suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika dipercaya berhianat; siapa
terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari sifat munafik.
Nah, ini sifat pembeda antara
mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah permukaan
hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid atau
pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang terambil
dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah berniat dalam
pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang kosong dari
syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh rasa syukur
kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas
dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat
dan syukur atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu
yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun
dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan
pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu
membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu
dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk
setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau
pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan
ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu
tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa
dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu
terletak dalam nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila
kau berkata “aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela
terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau
laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan (sesuatu) yang
tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku
benar sedang dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi
kau bersyirik; engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka
beriya dan munafik; kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau
justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau
katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant
bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh
Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali
takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya,
kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau
bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan
selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah,
Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan
ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab Allah dan
syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring bersama
tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang beriman
yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa pun
kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah
henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini –
yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke
jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam
(urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX
:69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal
apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika
kau ikuti dia niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang
tidak bergeming dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi,
beramal dengan ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak
kafir atas nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang
ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati
seseorang telah terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak
membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah.
Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini
mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya
seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan
kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang
terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah
bersih, tampaklah perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah.
Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya
menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa
juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji
dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam hal amanat
niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa
kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk
diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika
kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya
jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga
tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah
kepada Allah, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun
bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk
berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama
Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana
perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir,
hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari
dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya
kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti
mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun
mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai
penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati;
rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia
menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta
penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan
atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah
memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali;
hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia
tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada harinya (hari ini)
berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak muridku, bermujahadahlah,
mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang
ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk
mencari keterkabulan; mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan
pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap
rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar
padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di
sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih
dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung
dengan-Nya, aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai
para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu;
bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri
dari padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah
sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah
berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar itu
pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali
terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin meluruskan
dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup bersama Allah;
siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat dan beruntung;
siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan tersiksa di
dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya :
Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan
kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk
menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan
mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa
membayang di atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta
dunia atau loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa
pun yang mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu
yang didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar
manusia telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di
hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau
ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap
menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu
dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa
sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan
dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan
yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa
memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara,
tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan
syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu
dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu
sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini
bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang
berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap
perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera
qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke
pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul
Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan
dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan
perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan
mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan
mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan,
tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali
untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang
baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa
neraka.
Menjernihkan hati
Beliau berkata:
Sabda Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya hati ini berkarat dan
sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an, ingat mati dan menghadiri
majlis untuk berdzikir.”
Hati berkarat!; jika kamu mendapati
pemiliknya – sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw – dan jika tidak maka beralih
pada kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut dari cahaya kebenaran;
mempergelap bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang tidak disertai sifat
wara’; karena siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia lenyaplah sifat
wara’nya; yang tinggal hanyalah antara gabungan halal dan haram; ini berakibat
membawa kelenyapan rasa malu dari Tuhan dan enggan bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai manuisa terimalah apa yng
disampaikan Nabimu; lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya sebagaimana telah
disinyalir kepadamu seandainya seorang di antaramu sakit dan dokter menunjukkan
obat-obatnya tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sampai engkau
melaksanakan perintah itu; Jagalah Tuhanmu dalam kesepianmu; penatkan matamu
sampai seakan kamu melihat Dia; jika kamu tidak mampu berbuat itu – untuk
melaihat-Nya – sesungguhnya Dia melihatmu; Siapa ingat Allah dalam
hatinya, maka ia disebut orang yang ingat dan siapa tidak mengingat Dia dengan
hatinya, bukanlah ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu perantara hati dan anggota tubuh
lain, secara permanen terbuka untuk mendengar petuah-petuah, maka jika
petuah-petuah lenyap dari hati butalah ia; hakikat taubat adalah menjunjung
perintah Allah dalam segala situasi. Atas dasar ini berkata seorang Ulama :
Kebaikan itu semuanya terletak pada dua kalimat. Pertama; menjungjung
ketentuan-ketentuan Allah; Kedua : Syafaqah (kasihan) kepada sesama makhluk.
Maka setiap orang yang tidak menjunjung ketentuan-ketentuan Allah dan belas
kasih kepada sesama makhluk Allah berarti ia jauh dari Allah.
Allah mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih
sayanglah sehingga Aku mengasihimu, karena sesungghnya Aku Maha Penyayang,
siapa berkasih sayang, niscaya terlimpahi rakhmat dan Aku memasukannya ke
syurga-Ku.
Alangkah beruntung orang-orang yang
berkasih sayang, sia-sialah usiamu hanya terhabiskan dalam makanan, dalam
minuman, dalam menghias diri dan berkumpul; siapa ingin beruntung hendaklah ia
memperlunak nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat serta ketentuan Allah yang
diwajibkan, meliputi larangan dan menerima keputusan-Nya. Manusia itu harus
bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta dunia; ssabarlah agar kamu
bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya; keluarlah dari markas nafsu,
hawa dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’; tujulah Tuhan; terimalah afat,
musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan rendah, semua itu janganlah kau
hindari dan jangan surut memuja-Nya atau berubah dari tujuan semula.
Wahai manusia, beramallah untuk persiapan
jumpa dengan Allah, malullah sebelum berjumpa, pertama orang harus beriman
kepada Allah lalu makhluk-Nya kecuali dalm hal apa yang memperjalin dirimu
dengan agama dan merongrong hukum syara’; karena hal itu tidak boleh terjadi
bermalu-malu apalagi malu dalam agama Allah – menegakkan hukum-Nya dan menurut
ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa mengikuti Rasulullah saw. – secara
bersih – maka dikenakan busana besi dan ketopong sambil menyandang pedang yang
dialasi dengan tatakrama dan akhlaknya, dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak
layak baginya, diperkuat rasa gembira kendati ia datang menusia, syukur kepada
Allah kalau ia jadikan pengganti dalam umatnya sebagai tanda penyeru merek
menuju pintu Allah; keberadaannya sebagai da’i atau dalil sebagai penyambung
orang-orang yang telah dicabut Allah, dalam arti sebagai khalifah untuk mereka;
ia adalah salah seorang dari setiap juta manusia untuk melayani keterputusan
nafsu seseorang; mereka mendekat kepada ciptaan dan menekan mereka agar
bersabar atas setiap cobaan; mereka selalu tersenyum di hdapan orang-orang
munafiq, orang fasik dan tertipu daya kepada mereka meliputi segala siasat yang
ada hingga menarik mereka – meliputi apa saja yang mereka berada di dalamnya –
lalu membawa mereka ke pintu Allah. Ataas dasar ini ada ulama berkata : “Tiada
orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali orang-orang arif. Mereka
tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa yang dikethuinya, sedang
mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya, kepekatan permukaan hati,
banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang munafiq sama-sama
berasumsi mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui olehnya. Tidak, bahkan
bagi mereka tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun yang dirahasiakan mereka
(orang fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui melalui kerling, pandangan,
ucapan dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau yang batin tanpa diragukan
lagi.
Wahai orang sesat, Allah Maha Besar di
atasmu; wahai orang berhati mati; wahai pemusyrik sebab; wahai penghamba patung
dengan seluruh daya kekuatannya; lumbung kekayaan dan penguasa negaranya;
sungguh mereka tertutup dari Allah; setiap orang yang berpendapat dlar dn naf
datang dari selain Allah bukanlah termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi
penghamba yang diyakini itu; maka pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka
yang teramat buruk dan bseok ia ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang
mampu lepas dari neraka Allah kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang
bertauhid, orang yang ikhlas dan orang yang bertaubat.
Bertaubatlah sepenuh hatimu kemudian boleh
melalui mulutmu; taubat itu memutar-mutar penguasa naffsu, hawa dan pengendali
diri (setan) serta sahabat yang buruk; kala kamu bertaubat terputarlah
pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan seluruh organ tubuh, jika demikian,
maka jernihlah makanan, minuman dan kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’
dalam setiap mata pencaharian, perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap
himahmu tertuju kepada Allah semata; semua ini berpengaruh menggeser setiap
tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya untuk beribadah, menggeser maksiat dan
tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan dalam bentuk sebenarnya beserta
kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena setiap hakikat yang tidak
disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah bertauhid dengan penguat
ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran akhlak tercela menurut
padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu terpelihara dan batinmu
berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini sempurna atasmu kendati dunia datang
dipangkuanmu dan seluruh makhluk mengikutimu—baik mereka yang da di depan atau
di belakang -- tidaklah menimbulkan keruntuhanmu, bahkan tidak mampu
lagi merubah posisimu dari pintu Tuhan; karena dirimu telah konstan di
samping-Nya, menghadap Dia dan sibuk melayani kehendak-Nya seraya menatap
Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala dirimu menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua
itu, jika kamu tatap kesempurnaan-Nya menyatulah dirimu, kamu merasa takut
ketika melihat Keagungan-Nya, dan kamu mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya;
alangkah beruntung orang yang merasakan nikmatnya makanan ini.
Wahai Allah suapilah kami dari makanan
yang memperdekat Engkau dan minumilah kami dari minuman kejinakan-Mu.
Dan, berikanlah kepada kami kebaikan hidup
di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Janganlah menyukutan Allah
baik dalam angan-angan
Beliau berkata:
Janganlah menyukutan Allah baik dalam
berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang
dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah
berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang
mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan
dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu
dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri;
belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian
rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan
lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan
ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak
bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat
dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah
menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang
melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan;
tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu;
kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku
dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku,
terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah
bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang
yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di
belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang
harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu
dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat
antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya :
padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab
yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari
keberadaan ini selaina Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata
jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau
lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah
dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal
itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada
mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai
orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai
menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas
niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau
bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid,
memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi.
Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa
dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian
dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri
kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap
amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu
termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku
orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan
exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga
hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang
memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang berkata
selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana
dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di
hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung
kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah
penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah
kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah
sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu
merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi -- terapkan
tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah
zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr
telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh,
makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu
menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu
kterkeluarkan ke bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin;
tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang
hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa
pencipta. Terhadap segala apa –pun yang dirimu berada di
dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa
sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi
keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan
bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam
itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan
pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu
termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan
taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung
terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa
akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian
ilustrasi amaliah orang munafiq.
Anak-anak muridku, seluruh makhluk
ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang
Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan
alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di
benci dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat
tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu;
sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan
dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang
dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon
pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan
penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan
selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat
ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau
meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari
bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus
membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga
dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air
sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu
terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih
muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih
saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat
bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang
bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama;
siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk
manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena
mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti
telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada
Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah
melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada
Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada
Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung;
menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik
dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini –
dalam segala kondisi mereka :
Anak-anak muridku bila kamu cinta Allah
atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan
seseorang mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan;
pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’
sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga
memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan
harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.”
(Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa
saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia
dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu
bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat
perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas,
shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau
persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya
kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia
dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah
takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan
janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang
disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.
Zuhud dalam dunia
Beliau berkata:
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian
segera menyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah
untukmu. Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu
telah mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan
sesal atas dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari
rasa cinta yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari
sifat munafiq. Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi
bagian-bagiannya dan pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah
pada lahiri, sedang di hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain.
Karena itu Nabi kita Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s.
bahkan daripada Nabi yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di
duniamu ada tiga macam : bau wewangian, wanita dan perhatianku dalam
shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama
zuhud, karena hal itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui
Tuhan; dan ia bisa diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa;
setiap orang yang memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati
dunia melimpah kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan,
dengarlah; berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak
menolak ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan ilmu itu
ditandai dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa nafsu
setan penguasa diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis atau pengikut
setianya, bahkan menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai orang jahil;
wahai munafiq, alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar mulut;
bertaubatlah dari segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan pencercaan
Allah dan para wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka demi
memperoleh bagian dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah Allah
bukan karena menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada
Allah; merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak
belakang dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka
mempunyai bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak
sebagai bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia
dan ketetapannya di sana.
Wahai sahay, alihkan dirimu tak perlu
mendengarkan ucapan manusia selagi ia bersama nafsu dan hawa; padamkan ucapan
itu karena Allah; jika Allah menghendaki sesuatu urusan niscaya Dia menarikmu
kepada-Nya; jika dikehendaki untuk memporak-porandakan dirimu, merusak atau
meneguhkanmu itu hanya terjadi karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu;
serahkan jiwa ucapan dan segala kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah
hari-harimu dengan beramal untuk-Nya, Jadikan amal tanpa banyak komentar;
ikhlas tanpa riya’ tahid tanpa syirik, masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa
memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan penuhi batin ini dengan berbagai
niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan ke sana bersama ucapanmu :
“Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau jualah kami memohon
pertolongan.” (Qs.I:5).
Inilah Kitab yang datang di
hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang yag menyaksikan aku,
bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain dengan niat ini dan sifat
ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Anak-anak muridku, jernihkan hatimu
melalui makanan halal, bukankah kau sudah kenal Tuhanmu; jernihkan suapan demi
suapanmu bersama hati niscaya kamu jadi jernih (sufi); tasawuf itu mustaq
dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar itu dilakukan
melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini sesuatu tidak
akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan batin atau
memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara, tidak pula
dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari memutar
tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan; berzuhudlah
dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq Azza wa
Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku
berkata, wahai Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang
bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus sampai
aku tertidur. Kala aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan kepadaku;
“dan juga engkau janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu dan engkau
cegah amal yang membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu (meluruskan apa yang
datang) dari nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada Nabi saw. maka berarti
telah lurus nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk umatnya, tapi ucapan
itu tanpa disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu beritba’ baik ucapan dan
tingkah laku menunjukkan kau bersamanya dalam persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu,
hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Qs.
LIX:78).
Laksanakanlah perintah Rasul dan
hentikanlah yang dilarangnya; sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari
Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau baca dengan hati dan di akhirat kau baca
dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud, alangkah bagusnya
zuhudmu; kamu berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa; ikutilah dan pergaulilah
guru-guru yang mengenal Allah (Arif billah), yang alim, beramal, bisa menerima
manusia dengan lisan nasihat dan pandai melenyapkan tamak.
Anak-anak muridku kembalilah kepada Tuhan
Besarmu (Allah) sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya; sungguh kau
telah berqana’ah dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan pengharapan
baginya – seperti orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia tidak
melihat sesuatu ada di dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang
tidak mungkin bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni, karena
tamanni adalah jurang ketololan.”
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang
yang suka berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti
punya orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya mengalahkan
takutnya berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan harapan berati
putus harapan; yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil dalam
menerapkan keduanya, Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan
orang beriman ditimbang, niscaya sebanding.”
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat
Sufyan As Tsauri – setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan kepadamu?
Ia berkata : meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan yang
sebelah lagi di surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh
sebenarnyalah ia seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari
ilmu itu dan mampu mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal
dan memberikan amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari
Allah dalam berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw,
sedang ia menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang
diturunkan kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah
berarti ia orang yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu
menjadi dalil untuk menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan
sunnah sebagai dalil untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Jangan mengadu pada
makhluk
Beliau berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Di antara simpanan Arasy adalah
penyembunyian bencana.”
Wahai pengadu kepada manusia atas bencana
yang menimpa; pengaduan mana bisa bermanfaat bagimu; pengaduan kepada ciptaan
tidak akan bermanfaat atau membawa bencana (dlar); jika kamu berpegang teguh
kepada mereka tapi menyekutukan Allah hanya memperjauh, sedang marah-Nya
telimpah untukmu, tentu Dia amat tertutup bagimu; wahai si tolol, mengapa suka
mengaku berilmu; di antara sekian banyak ketololan yaitu mencari dunia tanpa
dasar Tuhan; kau mencari ikhlas dari tindakan-tindakan bencana tetapi mengadu
kepada ciptaan.
Celaka, jika ini terjadi pada anjing
pelacak – suatu perbedaan jauh – karena ia berlatih menjaga buruan dan
meninggalkan makanan buruannya; demikian juga burung dengan tabiatnya ia
meninggalkan makanan – makanan binatang buruan yang khusus diperuntukkannya;
ilmu dan kefahamanmu sampai kamu tidak menyantap agama atau memperkoyaknya dan
aku tak berniat membawa amanat Alalh – yang diletakkan pada dasar-dasar agama
orang beriman untuk memelihara daging dan darahnya; janganlah kau pergauli
mereka sebelum mengajarimu kepada-Nya; jika kamu telah dipelajari dan faham
akan kandungannya baru dirimu merasa tenang ketika bergaul dengan-Nya; ke mana
saja engkau menghadap tak terpisah dari-Nya meliputi
segala keberadaan jika dirimu telah tenteram jadilah penyabar,
berilmu, mudah ridlo ketentuan apa yang datang, janganlah kamu pisahkan antara
tepung gandum dan tepung beras yang kau ambil untuk dibagi-bagikan; karena
tidak makan itu lebih aku sukai dariapda makan di atas keberuntunganmu itu
melebihi perbuatan baik, taat dan itsar; tabiatnya itu beralih menjadi
kemurahan yang mulia, berzuhud di dunia, cinta akhirat; bila kau berzuhud pada
akhirat dan mencari Tuhan, maka carilah agar seiring bersma hatimu menuju
pintu-Nya; ketik itu datang padamu sambil berkata : wahai orang yang tidak
makan, makalah; wahai orang yang tidak minum; minumlah; orang sakit yang
berakal itu tidak akan pernah makan kecuali menurut resep dokter atau
perintahnya, itu pun disertai adab penuh kesopanan dan meninggalkan tardisi
buruknya ketika dokter itu datang atau pergi, wahai pelahap makanan buruk;
wahai pencicil sungguh makanan dicipta untukmu; siapa lagi yang mampu makan hal
itu kecuali hanya kamu; pakaian, kediaman, kendaraan dan pernikahan sungguh
tercipta untukmu; siapa lagi mampu memperoleh hal itu dan mengenakannya selain
kamu. Cih, ini hanya untuk orang tolol.
Sebenarnya kamu itu tidak
punya kepastian, akal- iman dan pembenaran janji Allah, tentu Allah
tidak akan menerima pertalian yag disertai kebencian; Allah hanya menerima
pertalian yang disertai adab, ketentuan lahir dan persesuaian yang abadi;
setiap orang yang menerima ketentuan Allah abadilah pertaliannya bersama Allag;
orang arif Billah lagi berilmu tentang Allah, selamanya bersama Dia tidak
bersama yang lain, sejalur dengan Allah tidak yang lain; hidup bersama-Nya mati
juga bersama-Nya.
Anak-anak muridku, jika kamu bicara,
bicaralah dengan niat bersih; jika kamu diam, diamlah dengan niat yang suci,
setiap orang yang mendahulukan niat – sebelum pelaksanaan amal – maka tiada
amal baginya; kamu jika bicara atau diam menunjukkan ketiak itu dirimu berada
dalam lingkaran dosa, karena kau tidak punya niat suci, diam dan bicaramu itu tanpa
sunnah, yaitu ketika terjadi perubahan situasi serta penyempitan rizki
(pendapatan) maka kamu sama meubah niat demi memperoleh sesuap nasi itu; ketika
terjadi perceraiberaian harta ternyata kau mengingkari nikmat yang disebabkan
adanya pergeseran, maka kembalilah nikmat itu, karena kau suka sombong, suka
menjatuhkan hukum atasnya; lakukan dan jangan kau laksanakan; kenapa kau
lakukan? Itu lebih baik jika terjadi demikian; karena permasalahan ini lebih
jauh (kompleks) meliputi waktu dan penjauhan diri.
Siapa dirimu, wahai Bani Adam, kau hanya
sosok ciptaan yang tercipta dari tetesan air hina; rendahkan dirimu di hadapan
Tuhan, hinakan untuk-Nya; bila kau tidak punya rasa taqwa, maka tiada kemuliaan
bagimu di sisi-Nya; peliharalah dirimu di hadapan orang-orang shalih, dunia
seluruhnya adalah hukum sedang akhirat seluruhnya adalah ketentuan.
Wahai manusia, peliharalah takutmu,
bertakwalah kepada Al-Haq; tiada sessuatu terbaik bagimu kecuali meniti jalan
itu, jadilah orang berakal, bukalah matahatimu; pabila Ulama mengunjungi
rumahmu janganlah kamu mendahului bicara, sebaliknya bicaramu harus berisi
jawaban-jawaban, dan jangan bertanya perihal sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menerapkan tauhid itu wajib, mencaari
ilmu, menetapkan ikhlas dalam beramal, mengangkat, mengganti uantuk
melaksanakan sesuatu kerja itu juga wajib, menjauhlah dari kaum fasiq dan
munafik, benarkan orang-orang shalih; orang-orang benar; pabila kamu merasa
berat dalam menghadapi masalah, sedangkan kamu tidak bisa memisahkan antara
yang shalih dan munafiq, maka bangunlah di malam hari untuk melakukan shalat
dua raka’at, lalu ucapkan doa : Wahai Tuhan, tunjukan aku orang-orang
shalih, tunjukan aku orang-orang yang menuntunaku dan berilah aku makanan dari
makanan yang Engkau pilih, celakilah mataku dengan nur pendekatan dengan-Mu,
dan beritailah aku dengan sesuatu yang nampak di mata, bukan
taklid.” Wahai manusia makanlah dari makanan keutamaan Allah dan
minumlah dari minuman kejinakan dengan-Mu; bermusyawarahlah di pintu yang
mendekatkannya; janganlah cukup menerima kebaikan bahkan bermujahadahlah,
bersabarlah dan pergilah dari mereka sampai berita mereka jadi nyata; ketika
mereka sampai bertaut kepada Tuhan niscaya mereka dilatih sopan, tatakerama,
hikmah dan beraneka ragam disiplin ilmu; mereka ditampakkan kerajaan-Nya dan
mereka dikenalkan bahwa di langit atau di bumi tiada penguasa lain selain Dia;
tiada penggerak, tiada penenang kecuali Dia, tiada penentu atau peutus kecuali
Dia; mereka diperlihatkan apa pun yang ada di sisi-Nya, maka mereka
meliaht Dia melalui mata hati dan sirri mereka, praktis dunia atau keberadaan
apa saja tidak tertinggal bagi mereka dan mereka pun tidak menggunakan semua
itu untuk berhias.
Wahai Allah perlihatkan kami sebagaimana
Engkau perlihatkan kepada mereka, beikan ma’af dan afiat kepada kami.
Dan berikan kepada kami kehidupan yang
baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dsri
siksa neraka.
Wahai manusia, bertaubatlah dari penjauhan
takwa; takwa itu pengobat (terapi) dan penjauhannya itu penyakit; bertaubatlah,
karena taubat itu pengobat; sedang disa itu penyakit; sabda Nabi saw :
“Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu
pengobat dan penyakit? Mereka menjawab : Ya, kami bersedia wahai Rasulullah.
Sabda Rasulullah : penyakitmu adalah dosa dan pengobatmu adalah taubat.”
Taubat itu landasan iman, penekunannya
terletak dalam berdzikir dan taat kepada Allah, jika ditekuni niscaya oleh
dzikir itu menjadi terapi jiwa; bertaubatlah dengan lisan iman, niscaya membawa
keberuntungan; jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang bencana (ujian)
Tuhan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan pengausa
seluruh alam.
Jangan jadi pendusta
Beliau berkata:
Jadilah orang berakal, jangan jadi
pendusta; engkau berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu
jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun
hewan yang bisa bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau
siksa akhirat; tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah
takut cercaan orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan
siapa pun selain Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah
realitas Ulama yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’ serta
para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa
mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang
berantakan agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan
agamamu.
Wahai Allah, sesungguhnya kami mohon agar
dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’; cukuplah kami dari keburukan yang
teramat atau dari tipudaya orang-orang durhaka; peliharalah kami menurut
kehendak-Mu sebagaimana aku kehendaki; kami mohon ampunan dan afiat dalam
beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal
shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada
Abu Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata
Abu Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag
bersih untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di
mana kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang
pun mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya;
ia sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak
mereka harus melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak
di antara panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama,
belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah;
karena jalur itu benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat,
nafsu dan hawa; sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah),
memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa;
janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena
terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui
panahnya dan temanmu yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh
itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi
penagkalnya hanya satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai
pesaskit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas
sesuatu yang dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada
dirimu sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan
membelakangi-Nya, kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat
hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan
ketercengangan secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di
dalamnya, mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak
berbicara kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima diberi;
mereka tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka
benar-benar menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada sesuatu perintah
Allah dan mereka sama bertindak apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI
: 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh
dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa
manzilah-manzilah; mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang
Dia; sedang para Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap
kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka,
hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke
setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan
manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu,
tinggalkan laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini
jalur terapi -- lalu terapka zuhud di dunia, baik bagi yang
diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan fadilah Allah, berzuhud
dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan pendekatan-Nya; apa bila rasa perkaya
diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya (fadilah) dituangkan
kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu
kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia darimu lalu
dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang
terjadi pada para wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa
mereka tidak terforsir oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara
umum teka memperdulikan bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai
dunia dibanding Allah; paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan
kepada-Nya; artinya seandainya dunia itu diberikan kepada mereka niscaya
terepotkan oleh dunia itu – melayani dan bermesra bersamamnya; demikian
pandangan secara uum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan
itu terletak pada ketidak adanya mengikuti undang-undang nabi saw.; adapun di
antara sekian banyak orang yang dipalingkan dari dunia serta tidak terepotkan
untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat
bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai zuhud tanpa mengambil peduli;
sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu
menolak, bahkan ia berkata – “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan
aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah
yang baik; jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya;
orang berman itu sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak
juga mempercepat; zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu
memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada
perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahay, tahanlah syahwat, setiap rasa
yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor;
sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak
dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati
jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami
benar-benar mengenal-Mu. Aamiin.
Cinta kepada Allah
Beliau berkata:
Mensitir sabda Nabi Muhammad saw. “bahwa
seseorang datang kepada Nabi, katanya : sesungguhnya aku mencintai Agama Allah.
Sabda Nabi saw. : peganglah bala’ sebagai jilbab dan genggamlah fakir sebagai
jilbab.”
Karena kamu ingin brsifat seperti sifatku,
maka kamu harus menerapkan sifat pribadiku dalam jiwamu; artinya demikian;
sebab di antara syarat mehabbah itu harus disertai persesuaian; Abu Bakar As
Shiddiq adalah sosok orang yang amat mencintai Rasulullah, maka beliau pun
mendarmabaktikan jiwa dan seluruh hartanya – untuk keperluan agama – dan
bersifat mengikuti sifat-sifat Rasulullah; sejalan dengan kepribadian itu,
beliau juga menerapkan kefakiran dalam jiwanya sampai beliau benar-benar sunyi
dari persediaan harta; beliau bersesuaian dengan Rasulullah, lahir atau batin,
dari yang berbentuk sirri atau yang tampak. Tetapi dirimu, wahai pendusta suka
mengaku orang shalih, padahal kamu sembunyi dari mereka baik bersama uang atau
perhiasan, dan kamu ingin dekat mereka atau berkawan dengan mereka; mana
bisa!!!..
Jadilah orang berakal, pengakuanmu itu
hanya cinta dusta; cinta itu tidak mungkin tersembunyi untuk orang yang dicinta
bahkan cinta itu membekas pada sesuatu; adapun yang biasa terjadi pada pribadi
Nabi saw. adalah fakir – itu tidak bisa dipisahkan; karena itu beliau pernah
bersabda : “fakir itu lebih mempercepat jalinan denganku bagi orang yang
mencintai aku daripada mengalirnya air menuju hulu.”
Kata Aisyah r.a. “tidak henti-hentinya
dunia bagi kami mengeruhkan keluarga selagi Rasulullah masih di samping kami,
ketika Rasulullah wafat dunia dituangkan kepada kami secara besar-besaran.”
Maka disyaratkan cinta kepada Rasulullah harus kefakiran, dan mencinta Allah
harus menerima ujian-Nya.
Ada Ulama berkata : setiap cobaan
bergandeng kasih. Mungkinkah kau disebut cinta Allah sedang kecintaan itu kau
sertai dusta, munafiq dan riya’ atas nama-Nya; cabutlah pengakuan dan
kedustaanmu; kamu tak perlu memasukan pikiranmu jika datangmu untuk menyatakan
benar, jika tidak tak perlu ikuti kami. Kau jangan sia-sia berpindah karena kau
tidak diterima; bahkan membisu saja diketawakan; janganlah kau mengambil alat
penghibur dengan ular dan singa, karena keduanya itu bisa membahayakan jiwa;
bila kau punya mantera penakluk ular, boleh kau mempermainkannya; jika kau
punya tenaga boleh kau bermain dengan singa; sungguh jalan Allah itu butuh
sekali kebenaran, juga sangat membutuhkan nur ma’rifat; bersama mentari
ma’rifat yang terbit dalam hati orang-orang benar selamanya tidak pernah suram
– siang atau malam.
Wahai sahay, jadilah orang berakal; jangan
dekati pencipta model zaman kini, karena hakekatnya mereka adalah serigala yang
berbusana; ambillah pengacara berfikir; perhatikan gambar di sana; mohonlah
kepada Allah agar memberi petunjuk kepadamu; sesungguhnya aku terima berita manusia
dan dari Tuhan, maka yang aku temui keburukan terletak pada manusia, kebaikan
pada Tuhan.
Wahai Allah selamatkan kami dari keburukan
mereka, limpahkan rizki untukmu di dunia dan akhirat; sesungguhnya aku tidak
memerlukanmu, hanya aku butuh kamu untukmu; untuk memperlilit talimu; aku tidak
mengambil sesuatu pun darimu kecuali untukmu sendiri, bukan untukku; bagiku
yang gmencukupkan aku bukan dari sesuatu yang ku ambil darimu; aku tidak punya
apa pun kecuali kerja bertawakal kepada Allah; aku tidak akan menanti sesuatu
yang tidak datang untukku; bukan seperti penantianmu; karena yang demikian
adalah gambaran orang-orang munafik yang suka riya’, suka menggantungkan diri
kepada sesamanya bukan kepada Allah.
Kutekankan kepada seluruh bumi; jadilah
orang berakal; jika kamu ingin beruntung usahakan agar menjadi seperti pandai
besi untuk melandasiku, hingga seluruh nafsu, hawa, tabiat, setan dan musuh
semuanya terpecah!
jangan menyanjung orang
kaya karena kekayaannya
Beliau berkata: dengan mensitir Hadis Nabi
saw :
“Barangsiapa menjunjung (menyanjung) orang
kaya karena terdorong ingin memperoleh apa yang ada padanya, maka hilanglah
sepertiga agamanya.”
Dengarlah, wahai orang munafiq, demikian
akibat perendahan diri di hadapan orang kaya, maka bagaimana hasil shalat,
puasa dan haji orang yang berbuat seperti ini, bahkan mereka menerima cerca
mereka. Wahai pemusyrik Allah, tidakkah kau terima berita Dia dan rasul-Nya;
Islamlah, taubatlah dan ikhlaslah dalam bertaubat hingga imanmu kembali dan
keyakinanmu terjunjung, tauhidmu tumbuh maka cabang-cabangnya pun naik ke
arasy.
Anak-anak muridku, bila kau pelihara iman,
kau tumbuhkan (persubur) batangnya tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri
dari segala ciptaan Allah menghias jiwa, hati dan sirrimu lalu menempatkanmu
pada pintu-Nya, memperkaya pikirmu dengan ingat dekat dan berjinak bersama-Nya;
ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang gyang bersimbah dunia atau
tersibukkan olehnya; juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai
dunia.
Wahai orang yang mengaku berilmu, sedang
ia giat mencari dunia tanpa perduli dengan atau jatuh untuk mereka, sungguh
kamu disesatkan Allah karena ilmu itu; lenyaplah keberkahan ilmumu; lenyap
akalmu tinggal kulut saja. Dan kamu, wahai pengaku ahli ibadah, sedang hatimu
giat menyembah ciptaan, takut mereka dan mengharap mereka; secara lahiri kamu
memang penyembah Allah, tapi batinmu menyembah ciptaan; setiap apa yang kau
cari atau yang kau tuju semata dari mereka termasuk kepingan-kepingan mutiara,
uang dan dunia; kau mengharap pujian mereka tapi takut cela dan pemalingan
mereka, rupanya kau takut jika subsidi dari mereka tertutup, karena itu mereka
selalu kau harapkan; bahkan kau tak malu-malu bicara lembut di hadapan mereka.
Celaka kamu; menurut pengamatanku kau
termasuk pemusyrik, munafik bahkan zindik. Sungguh celaka; kau lakukan shalat,
mulutmu mengucapkan Takbir (Allahu Akbar), tapi ucapan itu kau
dustai sendiri;sebenarnya kedudukan ciptaan di hatimu itu lebih besar daripada
Allah; bertaubatlah kepada Allah; kau jangan beramal baik kecuali untuk-Nya;
jangan peruntukkan dunia atau akhirat; jadilah seperti orang yang berhasrat
kepada-Nya semata; berikan hak Ketuhanan-Nya – harus kau sembah – janganlah
beramal untuk mencari pujian; karena diberi atau dicegah; sadarlah rizkimu itu
tidak bertambah juga tidak berkurang; sesuatu yang telah diputus untukmu –
kebaikan atau keburukan – pasti datang; persempitlah lobamu dan perpendek
punyamu; jadikanlah mati sebagai rujukan penglihatanmu; niscaya beruntung jika
bersedia menerapkan syarat dalam segala aktivitas.
Wahai manusia, bukankah syara’ sudah
ditetapkan untukmu, dan kau tetapkan pada sikap lahiri dan batini, lalu kau
jual nafsu, hawa dan kau perdayakan kebesaran Allah, suatu saat sikssa dan
belenggu jiwa tentu tersembul darimu; segala sifatmu niscaya diperlihatkan
semua lalu mencengkeram dan menyerangmu, berakhir dengan kematian yang pedih,
di sana (kubur); dirimu dipersempit dan disiksa oleh-Nya sampai
kiamat sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung; di sana kau diperhitungkan
meliputi segala aktivitas hidup; kamu diminta untuk
mempertanggungjawabkan berbagai masalah besar atau kecil; jika
demikian gambarmu, maka tak jauh berbeda dengan patung yang tak bernyawa, kulit
kering mengisut tidak berarti yang sama artinya tidak berkekuatan lagi; di saat
itu tiada balasan terbaik untukmu kecuali neraka; karena ibadahmu di dunia
tidak ikhlas, maka tiada balasan baik kecuali luapan api neraka.
Kembalilah kepada Allah dengan pembaruan
Islam taubat yang baik serta ikhlas di dunia sebelum mati menjemputmu; sebab,
jika satu perkara itu sudah tertutup pintunya berati kau tidak bisa bertaubat
lagi; kembalilah kepaa-Nya dengan kelurusan hati sehingga pintu keutamaan tidak
tertutup untukmu.
Celaka, mengapa kau tidak malu kepada
Tuhan, sedang kau jadikan kepinga-kepingan uang sebagai Tuhan, hari-harimu
sebagai tujuan akhir dan kau lupakan Tuhanmu secara umum. Dalam waktu dekat
niscaya kau melihat hasil perbuatanmu.
Serahkan kedai-kedai, hartamu untuk membantu
keluarga, untuk kasab mereka berdasar syara’ sedang hatimu tetap tawakal kepada
Allah, carilah rizkimu dan rizki mereka dari Allah, bukan dari harta atau
kedaimu dan perputaran rizkimu dan rizki mereka.
Jadikanlah fadilah dan kejiwaan
bersama-Nya, niscaya kau terkayakan dari keluargamu dan Dia memperkaya mereka
dengan sesuatu yang dikehendaki; dikatakan pada hatimu ini untuk dirimu dan ini
untuk keluargamu; tapi bagaimana kamu bisa memperoleh perkara ini sedang selama
perjalanan hidupmu bercabang-cabang, tertutup lagi menjauh dari-Nya; janganlah
kau berkenyang diri dengan dunia dan isinya; tutuplah pintu hatimu rapat-rapat;
putuskanlah segala keberadaan yang hendak memasukinya; lalu terapkan di
dalamnya kenangan untuk Allah; taubatlah sebenar-benarnnya; menyesallah atas
laku dan adabmu yang buruk sepenuh penyesalan; orang beriman yang yakin dengan
perselisihan dunia dan akhirat tidaklah menjadi bakhil.
Nabi Isa a.s.; berkata kepada iblis :
“Siapakah di antara sekian banyak manusia yang kau sukai?” Jawab Iblis : “Orang
beriman yang bakhil.” Kata Nabi Isa a.s.; : “Siapa pula di antara mereka yang
kau benci?” Jawab iblis : “Orang fasiq yang mulia.” Kata Nabi Isa a.s. kepada
iblis : “Mengapa demikian?” Jawab Iblis : “Karena aku amat mengharap orang beriman
yang bakhil akan menerapkan bakhilnya dalam laku maksiat; dan aku takut si
fasiq yang mulia jika sampai terhapus sifat buruknya oleh sifat mulianya.
Wahai di mana orang-orang bertaubat yang
menekuni taubatnya; mana orang yang malu dan takut kepada Tuhan dalam segala
aktivitasnya; wahai, di manakah orang yang membersihkan diri dari perkara haram
– baik waktu sunyi atau terangnya; di manakah orang yang mendahulukan sikap
malu hati dan memutarnya? Sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya kedua mata tentu
diperhias, sedang penghiasnya adalah melihat hal-hal yang
haram.” Berapa kali kau perzinakan matamu dengan memandang perkara
haram – seperti wanita dan lainnya. Padahal Allah telah berrfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman
supaya mereka menahan sebagian penglihatan mereka.” (Qs. XXIV : 30).
Anak-anak muridku, selagi dalam hatimu
terbersit rasa cinta dunia, kamu tak bisa melihat sesuatu pun ikhwal
orang-orang shalih; selagi kau dusta dan bersirkah kepada manusia tidak mungkin
mata hatimu terbuka; tiada kata yang mengantarmu hingga berzuhud dari ciptaan;
jadilah mujtahid; persibuk dirimu dengan ddisiplin taubat; kembalikan segala
kebutuhanmu kepada-Nya; sesungguhnya Dia itu lebih utama daripada yang lain;
peliharalah hukum-hukum syara’-Nya; biasakan bertaqwa kepada-Nya dan tinggalkan
dunia serta akhirat; karena kedua masalah yang ada itu akan terus mendatangimu
sampai tak ada masalah yang ada itu ahdap sesuatu selain Dia itu bisa
menjernihkan hati dari berbagai keruhnya; Jika kamu tidak segera menunjukkan hati
kepada-Nya, maka sesungguhnya kamu seperti hewan – tak berakal.
Wahai, rizkimu tidak dimakannya selain
kamu sendiri; tempatmu di surga dan neraka – tidak di tempatnya selain kamu;
tapi sungguh kamu dikendalikan pelupa dan didikte hawa; setiap kali hikmah kau
pasang dalam bentuk makanan, minuman, kawin, tidur dan tesalurnya sasaran
ekonomi, tujuan cenderung kepada orang-orang kafir dan munafik, setelah kau
peroleh kepuasan barang halal atau haram, masih diragukan apakah dalam hatimu
terbersit rasa agama atau tidak.
Wahai para miskin, tangisilah jiwamu; jika
anakmu mati di hari kiamat akan bangkit untukmu, tetapi kalau agamamu padam tak
ambil pdeuli dan kau tidak menangisinya; maka para Malaikatlah yang mewakilimu
sama memangisi dirimu karena menyesal melihat kerendahan semangat agamamu. Kamu
ternyata tak berakal; seandainya akau berakal tentu akan menangisi kelenyapan
agama bersama sumber-sumber kekayaan, sedang kau tidak kena coba; inilah akal
dan kemalu-maluan; keduanya itulah sumber kekayaan yang benar; ilmu tidak
berguna dan akal tidak bermanfaat untuknya; hidup tidak berfaedah; rumah tak
terhuni; harta benda tak diketahui dan makanan tak termakan bila kau tak
mengetahui sesuatu yang ada pada diri sendiri sungguh aku mengetahui; aku
bersama pengacara syara’, yang dengannya menjadi hakim lahiri, dan pengacara
ilmu Allah yang ia sebagai ilmu batin; bangunlah dari ketertiduran pelupa;
basuhlah wajahmu dengan air pembangun, lalu lihatlah, apakah kamu Muslim atau
kafir, beriman atau munafik, bertauhid atau pemusyrik, periya’ atau pemukhlis,
penyama atau pembeda, ridla atau benci; Allah tidak akan ambil peduli dirimu
atas kerelaan atau kebencian itu; karena kduanya itu sendiri berada di antara
dlar dan naf’ (sengsara atau manfaat) sama-sama kembali untuk dirimu sendiri.
Mahasuci Dzat yang Mulia; yang Halim; yang Utama; segala keberadaan bagaimana
pun juga berada di bawah kelembutan-Nya; seandainya Dia tidak berlembut kepada
kita, niscaya kita terlantar binasa.
Anak-anak muridku, kau berharap kepada
Allah melalui ibadah, tetapi kau iringai syahwat, riya’ dan munafiq, bahan kamu
benci mencari kemuliaan-Nya; engkau perumpil orang-orang shalih beserta
kerusakanmu; apa yang kau andalkan, padahal dzikir mereka punya; pengajak untuk
mengikuti pengetahuan mereka juga merreka punya; wahai pelari dari Tuhan; wahai
manusia sesat; wahai penjauh dari lingkungan orang shalih! Celaka kamu, mana
sesuatu yang keua perhatikan; mana sesuatu yang mampu merangsangmu untuk
berakal; pada siapa kau mengadu; pada siapa kau minta tolong; bersama siapa kau
hanyut; kala kau tertimpa derita dengan siapa kau berteguh hati?; ceritakan
padaku, karena aku sudah tahu kedustaan dan munafiqmu; kau dan manusia lainnya
bagiku laksana kepinding; jika di antaramu terdapat orang-orang yang benar, aku
tetap mengetahui dan aku juga yang sanggup menjadi pelayannya; kalaupun ia
hendak membawaku ke pasar, lalu menjual kau atau menjadikan daku sebagai
tanggungan hutang, silahkan; Jika ia hendak mengambil busanaku atau apa saja
yang aku miliki, atau ia hendak memerintah aku hingga aku jadi peminta,
silahkan; tapi nyatanya kamu tak punya kebenaran tahid atau iman yang menunjang
tujuan itu; mana kau punya amal; kau tak berbeda seperti kayu bakar yang tidak
pantas kecuali untuk dijadikan santapan api.
Manusia itu sama, sukan menjadikan tujuan
pertama utuk dunia; bebaskanlah hatimu dari apa pun dan tempatkan di sana satu
masalah yang tidak berbentuk seperti keberadaan ini; bersihkanlah ibadah dari
riya; nifaq dan sum’ah; luruskanlah ibadah hanya untuk Tuhan semata; tapi
ternyata kau masih suka menyembah ciptaan, pembawa riya’, hawa nafsu dan
pujian; tiada di antaramu yang benar mampu beribadah kecuali yang dikehendaki
Allah; tapi sebagian besar di antara mereka suka menyembah dunia, dan takut
jika sampai lenyap; inilah penyembah surga yang mengharap memperoleh
kenikmatannya dan tidak mengharap Penciptanya; dan inilah penyembah neraka yang
takut darinya tapi tidak takut Penciptanya : siapakah sebenarnya manusia;
apakah sebenarnya surga itu; apakah sebenarnya neraka dan apa pula sebenarnya
selain-Nya itu?
Firman Allah :
“Dan mereka hanya diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah semata-mata.”
(Qs.VIIIC :5)
Orang-orang arif lagi beriman tentu sama
menghamba Allah bukan yang lain; berikanlah hak penuhanan dan penyembahan
sebagaimana mestinya; sembahlah dia dengan mengikuti segala perintah-Nya,
cintailah tapi tidak menurut arti lain dan tinggalkan apapun selain Dia;
rupanya kau berupa patung-patung tak bernyawa; kau seperti bangunan-bangunan
sedang orang lain isinya; kamu tampak sedang mereka sirr; orang shalih adalah
para pejuang Nabi; penguat tangan kanan atau kirinya; muka atau belakang, sisa
makanan para Nabi itu hanya terlimpah untuk mereka; mereka beramal menurut ilmu
mereka, maka praktis mereka sebagai pewarisnya.
Sabda Nabi saw. :
“Ulama adalah pewaris nabi-nabi.”
Kala mereka beramal berdasar ilmu mereka,
maka menjadi pengganti Nabi-Nabi, sekaligus mewarisi kenabian mereka.
Janganlah kau datang hanya untuk membawa
sepucuk ilmu lalu merasa cukup; yang demikian tak berbeda seperti dakwah yang
tidak disertai niat, tentu tidak bermanfaat; halnya ilmu tidak bermanfaat tanpa
disertai amal. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Ilmu itu hanya terpanggil dengan amal,
kalau sesuai ia bersambut, kalau tidak ia berpisah.”
Artinya berpindah barakahnya sedang
pemelajarannya tetap; kulitnya tetap tapi akalnya lenyap.
Wahai para penjual amal dengan ilmu, di
antaramu terdapat orang yang pandai berpantun disertai ibarat-ibarat dan
kebenaran-kebenaran meliputi Balaghohnya, namun ia tidak beramal bahkan tak
punya rasa ikhlas; seandainya kau mau melatih hati; niscaya terlatih pula organ
tubuhmu, karena hati itu sentral organ tubuh yang ada; karena itu jika kau melatihnya
tentu kerucuknya terlatih pula.
Ilmu itu diumpamakan kulit dan amal
sebagai kerangka; hanyalah kulit itu bisa terpelihara jika kerangkanya juga
terpelihara; hanyalah melalui penjagaan kerangka jika mengharap pelumas keluar
darinya; maka bila tidak ada kerangka dalam kulit itu apa yang akan kau perbuat
untuknya; jika kerangka itu tidak berminyak lalu apa yang akan kau perbuat
untuknya; ilmu telah lenyap, karena bila amal tidak ada, maka ilmu pun pergi
dengan sendirinya; mana mungkin bermanfaat bagimu atau pemeliharaan itu sedang
pelajaranmu tidak kau sertai amal; wahai orang berilmu, jika ku ingin baik di
dunia dan akhirat amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia; wahai orang kaya, jika
kau ingin baik di dunia dan akhirat, peringanlah beban orang-orang fakir. Nabi
saw. bersabda :
“Manusia itu adalah keluarga Alah dan
manusia yang paling dicintai Allah Adalah mereka yang mau menafkahkan
(hartanya) untuk keperluan keluarga.”
Bahwa Ibrahim a.s.; bila mengetahui orang
kafir yang sedikit sabarnya, beliau segera berkata : “ Wahai Allah,
lapangkanlah pada diri kami di dunia dan zuhud kami di dalamnya, janganlah
Engkau mencabutnya, maka hancurkanlah kebatilannya.
Wahai Allah, lembutkanlah untuk kaji dalam
ketentuan dan ketetapan-Mu.
Mengenal Allah atas
nikmat-Nya
Wahai, amat beruntung orang yang mengenal
Allah – atas kenikmatan-Nya dan menyandarkan segala permasalahannya kepada-Nya,
menelanjangi jiwanya sebab-sebab, dan kekuatannya; orang berakal adalah orang
yang tidak memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas
segala perbuatan baiknya.
Celaka kau, kau sembah Allah tanpa dasar
ilmu, berzuhud tanpa ilmu, mengabil dunia tanpa ilmu, itulah penutup di atas
penutup, kau tidak memilah yang baik dari yang buruk, kau tidak bedakan antara
apa yang wajib dan apa yang tidak wajib bagimmu; kau tidak mengenal teman dan
musuhmu; setiap hal ini hanya terjadi karena kedunguanmu atas hukum-hukum Allah
dan peninggalanmu untuk melayani para guru; yaitu guru amal dan guru ilmu yang
bisa menunjukkan kamu pada jalan Allah; sehrusnya ucapan itu untuk yang
pertama, sedang amal yang kedua, dan dengan mengamalkannya kamu bisa sampai
kepada Allah; tiada sesuatu penyambung kecuali disetai ilmu zuhud di dunia dan
berpaling dengan hati memutar jiwa; orang berzuhud itu rela melepas dunia dari
cengkeramannya, adapun zuhud yang benar itu mengusir rasa dunia dari hati;
berzuhudlah didunia dengan mengikuti hati mereka maka jadilah zuhud itu
setingkat dengan mereka, pergaulilah lahir dan batin mereka; karena api tabiat
mereka telah padam, hawa mereka terkoyak, nafsu mereka terkendali dan
keburukannya jadi baik.
Anak-anak muridku, bila zuhudmu di dunia
telah sempurna, maka zuhudlah dalam ikhtiar dan ciptaan; kamu tak perlu takut
atau mengharap mereka; segala sesuatu yang memerintah nafsu jangan kau terima,
kecuali setelah datang perintah Allah; Adapun yang biasa terjadi padamu dari
sudut hati; itu melalui ilham atau tidur sambil sinis menjauh dari semua ciptaan;
kendati organ tubuh tenteram tidak ada ibarat yang membuat madlarat bagimu
ibarat (pengajaran) itu hanya terjadi disertai ketenangan hati; ia adalah
perrkara besar yang tidak menenteramkan dirimu sampai nafsu; tabiat, hawa dan
apapun selain Allah padam bagimu; ketika itu kau baru hidup berdektan
dengan-Nya; mati lalu bangkit; lalu saat dikehendaki kamu dibangkitkan
kepada-Nya; pengembalian menjadi makhluk – ketika itu – tidak diketahui; sejauh
mana perrbaikan mereka dan pengembalian mereka menuju pintu-Nya; engkau datang
dari dunia dan akhirat bermil-mil semata untuk memperoleh bagian keduanya –
dunia akhirat; kau diberi kekuatan lagi karena kekerasan manusia, lalu kamu
dikembalikan kepada mereka – dari sesat – mereka dan menetapkan perintah
kewajiban-Nya; jika hal itu tidak dikehendaki, maka pendekatan Dia bagimu dan
kebebasan dari lain-Nya; tiada amanat untuk ciptaan setelah mencapai Al-Haq –
Dzat pengda keberradaan ini – Dia Maha ada sebelum dunia ini; pengada segala
sesuatu yang konstan setelah keberadaan ini; ketahuilah, dosa-dosamu itu
laksana hujan; maka siapkan taubat untuk setiap tetesannya.
Celaka, kau pembenci : kau pemuja nafsu
“libido” kau penggemar hawa, kau penghormat semua itu; lihatlah isi pelajaran
kubur; bicarailah penghuni-penghuninya dengan lisan iman, niscaya mereka
menyampaikan berita tentang situasi yang melingkupinya.
Wahai manusia, perbaguslah persahabatanmu
bersama Allah, takutlah kepada-Nya; beramallah dengan hukum-hukum-Nya; karena
Dia membebanimu berupa amalan-amalan hukum itu; beramallah dengan hukum ini;
datangi hak-Nya; jika kau beramal menggunakan hukum itu, berarti telah
menunaikan amal dengan usahamu; bahkan kamu termasuk mendorong orang lain untuk
mengamalkan; berdampak ilmu yang kau punya itu pun membawa kegunaan (manfaat) atas
ilmu yang belum pernah kau pelajari (mungkin yg dimaksud ilmu laduni),; karena,
ketika itu keberadaanmu bersama ilmu-Nya dan bersama manusia dengan
hukum-hukum-Nya; jika demikian, kamu tercatat orang pertama yang mengetahui
bersumber ilmu-Nya menuju ke pencarian ke dua. Bila kenyataan penjejakan dalam
hal pertama berhasil, suatu ketika yang kedua pun terdapat berupa orang yang
kau jumpai; Tapi, bagaimana engkau bisa bertemu Ustadz – jika lakumu tetap
begitu – surutlah ke belakang (berorientasi) dan terapkanlah akal, pendapat
ilmu, baru amal dilanjutkan ikhlas. Sabda Nabi saw. “Bertaqqarublah... baru
beruzlah.”
Orang beriman itu, orang yang belajar
sesuatu yang diwajibkan atas dirinya, kemudian mengisolir dari manusia
bersunyi-sunyi diri untuk beribadah kepada Allah; ia mengenal ciptaan cukup
sebagian di antara mereka, dan mengenal Tuhan lalu mencitai, mencari dan
melayani-Nya; ia juga tahu bahwa dlar, naf’, baik atau buruk, bukan di tangan
mereka; bahkan hal itu justru berlaku untuk mereka datang dari Allah; maka bisa
dilihat bahwa orang yang termasuk golongan mereka itu lebih baik daripada yang
lekat dunia untuk kembali kepada-Nya dengan meninggal furu’nya; diketahui pula
bahwa furu’ itu cukup banyak, sedang sumbernya hanya satu; karena itu
genggamlah Dia.
Lihatlah kaca berfikir, maka bisa kau
lihat bahwa berhenti pada satu pintu itu lebih baik daripada berhenti pada
pintu-pintu yang beraneka ragam; Karena itu berhentilah pada Dia; genggamlah
Dia; orang berriman yang yakin ikhlas lagi berakal sebenarnya telah diberi
kejernihan berakal, oleh sebab itu ia menjauh dari keramaian manusia, dan
mengambil mereka dari samping.
MA’RIFATULLOH
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau
berkata:
Wahai Kaum sufi, kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya,
taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas
ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah
Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha
Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah
yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan takut yang lain, berharaplah padanya jangan
berharap kepada yang lain, berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai
menunudukkan kemauanmu. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an)
sampai datang apa yang mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari
kehangusan syari’at yang ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang
bisa sampai ke ketentuan itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh
keluar lingkungan syari’at. Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang
masuk di sana. Adapun yang mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu
engkau ketahui. Jadilah kamu dalam segala usiamu berpeluk erat bersama
Rasulullah saw. dengan menggenggam segala perintah serta mengikutimya, sampai
engkau mampu menyeru penguasa kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau
mendapat konsesi Rasulullah saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut
Abdal (pengganti) karena mereka tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak
Allah. Dan jangan engkau pilih sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya
berjalan pada lahirmu. Untuk mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal
khusus mereka. Kala derajat mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam
diri mereka semakin bertambah perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah
perintah-perintah syari’at yang harus dikerjakan di sana dan disandarkan
padanya. Sedang mereka dalam lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya
dalam keterasingan bersama Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan
perintah dan larangan. Di sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga
tetap konstan selamanya dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah
wajib itu zindiq dan maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah
wajib itu tidak boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Anak-anak muridku, benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di
dalamnya, engkau jangan sampai keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan
jangan engkau lupakan janji. Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu,
juga tabiat dan dunia. Engkau jangan putus asa dari pertolongan Allah karena –
hal itu pasti datang padamu – bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah
juru bicara Allah dan seluruh makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan
membendung maksiat. Tahanlah mereka dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau
berjalin dengan nafsu. Seru mereka agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah
Rasul-Nya.
Wahai manusia, muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut
pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan
engkau katakan bahwa ia makhluk. Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.”
Apa engkau berkata tiak? Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an
makhluk, maka ia telah kafir kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya.
Itulah Al-Qur’an yang harus dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas
kamu perhatikan dan inilah yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad berkata :
“Kalam itu makhluk dan tulisannya yang ada di sana itu tidak
makhluk.”
Hati adalah makhluk dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah nasihat dari Al-Qur’an dengan
mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya. Itikad itu kata yang terus
dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya yang berjumlah (jumlah
pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah dengan hatimu, beramalah
dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan apapun yang membawa manfaat
dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum
akal, nas tidak bisa tinggalkan qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan
bersikeras menurut berita asal kata penuduh. Harta orang itu tidak bisa
dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada penjelasan saksi. Karena itu Nabi
bersabda :
“Seandainya orang itu bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum
mengakui berkait (bersaudara) dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka,
tapi kesaksian itu dari pihak penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang
munaifk, yang berpengetahuan tinggi.”
Wahai Ulama, para dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada
Allah, lihatlah hatimu sendiri. Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya
dan latihlah ia dengan membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan
cahaya dalam gulita dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu
pemulyaan Allah datang untukmu bersama dunia akhirat.
Anak-anak muridku perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu
pun yang kau cinta. Jika keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan
kau tinggalkan dalam dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia.
Inilah satu jenis dari manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk.
Wahai munafik uji coba terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat
melalui hati mereka – selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam
kedamaian di sna dan duduk di hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka
terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam, bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang
mereka tetap berada dalam suatu kondisi yang tidak berubah bersama Allah.
Mereka itulah kaum berakal di antara ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau
melihat mereka tentu berkata : “Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati
mereka selalu terisi duka cita remuk redam di hadapan Allah, juga tak
henti-hentinya terisi rasa takut dan bising. Kala terbuka untuk menerima
kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati mereka semakin bertambah takut.
Hati mereka terputus dan ertalian mereka tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas
mereka; itulah keterbukaan pintu rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi
mereka. Maka apapun yang ada pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku cintai kala aku melihat kecuali masa
pencaharianku untuk akhirat dan pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia,
makhluk, nafsu dan syahwat; cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis
lain. Mereka cenderung menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari
pengawasan orang tuanya. Bila berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari
semua itu, ia tinggalkan satu demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi
perlakuan yang sopan di hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia
berta’adub meninggalkan apa saja yang mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh
Allah keburukan terjadi padanya tentu ia hidup bergumul di sekelilingnya lalu
binasalah dunia dan akhiratnya. Allah pencipta penyakit dan obat, durhaka itu
penyakit dan taat itu pengobat, aniaya itu penyakit dan adil itu pengobat,
salah itu penyakit benar itu pengobat, menentang Allah itu penyakit dan taubat
atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya terbilang sempurna pabila makhluk engkau
ceraikan dari hatimu kemudian menjalin dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi hatimu sedang di sana ada makhluk bukan
Allah. Seandainya engkau bersujud pada-Nya selama seribu tahun di atas bara,
tapi hati engkau hadapkan selain untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak
bermanfaat. Tiada hal itu berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau
persembahkan. Engkau tiada kan dapat untung sampai engkau lenyapkan segala
keberadaan ini dari hati. Cih, mana berguna bagimu penampakkan zuhud disertai
penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah mengetahui segala rahasia dalam cakrawala
ini? Mengapa engkau tidak malu mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak
menuju Dia.
Anak-anak muridku, engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah,
karena Dia amat keras marahnya. Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan
Allah, karena setiap ilmunya itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen
ulama yang mendapat hikmah dari Allah, Menyuruh manusia dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak melarang atau mencegah sesuatu dan
tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah kami taubat juga untuk mereka. Anugerahkan
pada kami untuk Nabi-Mu Muhammad saw. serta nenek moyang kami Ibrahim as. Wahai
Allah janganlah engkau kuasakan di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah
antara kami, dan masukkan kami dalam rahmat-Mu, Aamiin.
JANGAN MENCARI SELAIN ALLAH
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai anak-anakku, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau
barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku berkehendak
menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia;
berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan
penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia
yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu.
Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah
bagian individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini
hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran
dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang
menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak
mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam
hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan
ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak
bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka
ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk
dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam
hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya
penghayal. Engkau ernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.”
Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan
makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada
bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong
yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu
menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan
akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar;
maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau
binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini
termasuk pandangan lemah. Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti
bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.”
Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa
yang tidak berdidik dengan pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api
neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah,
atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan
wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan
pengkhawatiran.”
Anak-anak muridku, kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti,
ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang
lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi engkau
tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah
hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama
juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari
mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi
semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang
terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak di hari
penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat yang
memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada
dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan suka
mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit cenderung
menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang Malakul maut;
si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza
wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang
engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan
atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa
– dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar
saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini
sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami mohon agar
selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia
melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk Allah dan
bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus asa karena
segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu
kejadian yang baru.” (Qs. LXV:1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan
sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan,
kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak
sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah
mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari
bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat
dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu,
rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya
sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih
dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang
mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka
yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau tidak
mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia.
Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka
menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya
berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang
pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Qs. XXVIII:47).
Anak-anak muridku, tidak bisa tidak engkau pasti merasai
kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin
bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan
dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada
Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu
akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka
keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau
menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi
pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk
mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah
berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang
mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang diingat
makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan
kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan
kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena
Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi
berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang
tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka
disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain
mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka,
maka menciptakan surga untuk lisan.
Anak-anak muridku engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing”
fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman batini.
Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang tidak
engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin
menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau
beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada
Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang
menentukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
MENDAHULUKAN AKHIRAT ATAS DUNIA
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Anak-anak muridku, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan
memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya
engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak
diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya
Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan
kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya
engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal
untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut
kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu
jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya
tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu
menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai
taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai
berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah
dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara
sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan
kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru
menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap
mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista
atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka
dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya
satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan
pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan
Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk
selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau orang-orang kaya
di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya
:
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi
Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu
proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari
Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai
pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni
langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah jalan
tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang
engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan segala
upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa
ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya,
untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan
terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Anak-anak muridku, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan
kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari
najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah
tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot
mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu
datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau
jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh dengan
syahwat atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi
adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua
penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan
Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau
jangan seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu
apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh
dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan
seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana
Allah semata.
Anak-anak muridku, sehat itu tergantung peninggalan mencari yang
jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan
mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah,
memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq.
Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan.
Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid
terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati,
pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya
juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan berbuat
macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi makhluk.
Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu cukup
memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau
pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang ke
Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang
mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi
batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk.
Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah
yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia
Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena
Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang
diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa
Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang
sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih
menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang suka
telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada pula
yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan
dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu
melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani
menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun
kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar
bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu
tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan
kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama
mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang
sesuatu yang kembali. Engkau ucapkan ini haram, justru engkau
pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu
dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar
sekali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan
tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka
lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan
mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta
Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin
memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki
perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan
makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya.
Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza
wa Jalla, sedang batil terletak padamu. Wahai makhluk. Allah
terletak di hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa,
tabiat tradisi, dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai
meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati
dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik
daripada ini. Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati
orang benar (siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang
beramal dengan ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan
pembenteng orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan
mereka, memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi
kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka
dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang
tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana himar yang memikul
kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk
kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu
seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah? Dimana
takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu
untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana pengajar nafsu dan
pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya busana hidup, makan,
kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan menjalin mesra bersma
mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau dapat bagian tentu
bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan waktunya, sedang hatimu
santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama Allah.
Wahai cahya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak
bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta
ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling,
engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai
para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan
Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang
panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.
JANGAN MUNAFIQ
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini
darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan
santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain
bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada Allah,
orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah
menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang
menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap
individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak
menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka
tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung.
Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut
pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di
hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena
bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai
buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani mereka tentu engkau
dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak beramal dengan
ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu
sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan orang
yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu
membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain.
Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya
jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah
termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak
memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka
ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk
memutus bengongmu.
Anak-anak muridku, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara
kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak
beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka
(hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi
saw. bersabda :
“Si fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha
Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan
jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling dari
perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran.
Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan mereka secara
penuh.
Anak-anak muridku, engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan
tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta
membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang
munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama
Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan,
baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam
kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari
makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama
Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke
arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan
dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan
dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan
tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta
memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari
mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang paling
sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi
penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka hanya
mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk ini
pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu.
Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati
bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat
baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar
itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya,
yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa
syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar
(shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia
membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar.
Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk
pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan
mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi
jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan
pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan
antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang
yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh harap atas
kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan makhluk. Juga
penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolak. Setiap obat
dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk dari hatimu dan
tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi
penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat
Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia,
pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka
ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang
mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya
metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku
pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari
akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku
seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang
memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau
rizqikan pada kaum lain.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang
baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar